Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan telah menjadi fondasi penting dalam dunia bisnis modern. Dalam era globalisasi dan digitalisasi, SCM tidak hanya sekadar mengelola aliran barang dari pemasok ke konsumen, tetapi juga menjadi alat strategis untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan memastikan kepuasan pelanggan.
Pengertian Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain Management (SCM) adalah proses mengelola aliran barang, informasi, dan jasa dari pemasok bahan baku hingga ke konsumen akhir. Menurut Chopra dan Meindl (2016), SCM mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, pengiriman, dan pengembalian produk. Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai tambah di setiap tahap rantai pasokan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik.
SCM bukan hanya tentang logistik atau pengiriman barang. Ini merupakan sistem yang kompleks yang melibatkan koordinasi antara berbagai pihak, termasuk pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan. Dengan SCM yang efektif, perusahaan dapat menghindari kekurangan stok, mengurangi biaya, dan memastikan produk tersedia di pasar tepat waktu.
Komponen Utama Supply Chain Management
SCM terdiri dari beberapa komponen utama yang saling terkait. Menurut Heizer dan Render (2020), komponen-komponen ini harus bekerja secara harmonis untuk memastikan rantai pasokan berjalan lancar. Berikut adalah komponen utama SCM:
1. Perencanaan (Plan)
Perencanaan merupakan tahap awal dan sangat penting dalam SCM. Pada tahap ini, perusahaan menetapkan strategi untuk memenuhi permintaan pelanggan. Proses perencanaan melibatkan beberapa aktivitas kunci, seperti:
- Memperkirakan jumlah produk yang akan diminta oleh pelanggan di masa depan.
- Menentukan jumlah dan jenis produk yang akan diproduksi berdasarkan perkiraan permintaan.
- Mengelola stok bahan baku dan produk jadi agar tidak terjadi overstocking (kelebihan stok) atau stockout (kekurangan stok).
Tanpa perencanaan yang baik, perusahaan berisiko mengalami ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, yang dapat menyebabkan kerugian finansial dan ketidakpuasan pelanggan.
2. Pengadaan (Source)
Pengadaan adalah tahap di mana perusahaan mencari dan memilih pemasok terbaik untuk bahan baku atau komponen yang dibutuhkan dalam proses produksi. Menurut Monczka et al. (2015), pemilihan pemasok yang tepat sangat penting karena dapat memengaruhi:
- Pemasok yang baik akan menyediakan bahan baku berkualitas tinggi, yang pada akhirnya akan memengaruhi kualitas produk jadi.
- Pemasok yang efisien dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif, sehingga membantu perusahaan mengontrol biaya produksi.
Proses pengadaan juga melibatkan negosiasi kontrak, pembelian, dan manajemen hubungan dengan pemasok untuk memastikan pasokan yang konsisten dan andal.
3. Produksi (Make)
Produksi merupakan fase di mana bahan baku diubah menjadi produk jadi. Proses ini harus dirancang sedemikian rupa agar efisien dan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Beberapa aspek penting dalam tahap produksi meliputi:
- Mengoptimalkan penggunaan sumber daya (tenaga kerja, mesin, dan bahan baku) untuk meminimalkan biaya dan waktu produksi.
- Memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan dan sesuai dengan harapan pelanggan.
- Kemampuan untuk menyesuaikan produksi berdasarkan perubahan permintaan atau kebutuhan pasar.
Proses produksi yang baik akan memastikan bahwa perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan cepat dan konsisten.
4. Pengiriman dan Distribusi (Deliver)
Setelah produk selesai diproduksi, langkah selanjutnya adalah mengirimkannya ke pelanggan. Tahap ini melibatkan beberapa aktivitas penting, seperti:
- Mengelola penyimpanan produk jadi sebelum dikirim ke pelanggan. Ini termasuk pengaturan tata letak gudang, manajemen inventaris, dan pemrosesan pesanan.
- Memilih metode transportasi yang paling efisien dan efektif untuk mengirim produk ke pelanggan, baik melalui darat, laut, atau udara.
- Bekerja sama dengan distributor atau pihak ketiga untuk memastikan produk sampai ke pelanggan tepat waktu dan dalam kondisi baik.
Pengiriman dan distribusi yang efektif akan memastikan kepuasan pelanggan dan menjaga reputasi perusahaan.
5. Pengembalian (Return)
Tidak semua proses dalam rantai pasokan berjalan sempurna. Terkadang produk perlu dikembalikan karena berbagai alasan, seperti cacat produksi, kerusakan selama pengiriman, atau ketidakpuasan pelanggan. SCM juga mencakup pengelolaan pengembalian produk, yang meliputi:
- Merespons dengan cepat dan efektif terhadap keluhan pelanggan terkait produk yang dikembalikan.
- Memproses produk yang dikembalikan, baik itu untuk diperbaiki, diganti, atau dikembalikan ke persediaan.
- Menganalisis alasan di balik pengembalian produk untuk mengidentifikasi masalah dan mengambil tindakan perbaikan guna mencegah terulangnya masalah di masa depan.
Pengelolaan pengembalian yang baik dapat membantu perusahaan mempertahankan kepuasan pelanggan dan mengurangi biaya yang terkait dengan produk cacat atau rusak.
Tujuan Supply Chain Management
Tujuan utama SCM adalah untuk menciptakan rantai pasokan yang efisien dan responsif. Menurut Christopher (2016), tujuan SCM meliputi:
1. Memenuhi Permintaan Pelanggan
Salah satu tujuan utama SCM untuk memastikan bahwa produk tersedia saat dibutuhkan oleh pelanggan. Hal ini melibatkan:
- Memastikan stok produk selalu tersedia untuk memenuhi permintaan pelanggan tanpa mengalami kekosongan (stockout).
- Mengirim produk tepat waktu sesuai dengan ekspektasi pelanggan.
- Memastikan produk yang sampai ke tangan pelanggan memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
Dengan memenuhi permintaan pelanggan secara konsisten, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan membangun loyalitas pelanggan jangka panjang.
2. Mengurangi Biaya Operasional
SCM bertujuan untuk mengoptimalkan setiap tahap dalam rantai pasokan guna mengurangi biaya operasional. Beberapa cara untuk mencapai hal ini meliputi:
- Mengurangi pemborosan (waste) dan meningkatkan efisiensi produksi.
- Menghindari kelebihan stok (overstocking) yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan atau kekurangan stok yang dapat menyebabkan biaya tambahan akibat produksi mendadak.
- Memilih metode distribusi yang paling efisien dan hemat biaya, seperti konsolidasi pengiriman atau penggunaan rute yang optimal.
Dengan mengurangi biaya operasional, perusahaan dapat meningkatkan margin keuntungan dan menawarkan harga yang lebih kompetitif kepada pelanggan.
3. Meningkatkan Efisiensi Operasional
SCM membantu perusahaan meningkatkan efisiensi operasional dengan:
- Memastikan bahwa semua bagian dalam rantai pasokan, mulai dari pengadaan, produksi, hingga distribusi, bekerja secara harmonis.
- Memanfaatkan sistem seperti Enterprise Resource Planning (ERP) atau Warehouse Management Systems (WMS) untuk mengotomatisasi proses dan mengurangi kesalahan manusia.
- Mengurangi waktu tunggu (lead time) dalam proses produksi dan pengiriman.
Efisiensi operasional yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk merespons permintaan pasar dengan lebih cepat dan mengurangi pemborosan sumber daya.
4. Meningkatkan Keunggulan Kompetitif
Perusahaan dengan SCM yang baik dapat membangun keunggulan kompetitif di pasar. Hal ini dicapai melalui:
- Kemampuan untuk cepat beradaptasi dengan perubahan permintaan pelanggan, tren pasar, atau gangguan dalam rantai pasokan (misalnya, pandemi atau bencana alam).
- Memastikan produk yang dihasilkan selalu memenuhi standar kualitas, sehingga meningkatkan reputasi merek.
- Dengan mengurangi biaya operasional, perusahaan dapat menawarkan harga yang lebih menarik kepada pelanggan tanpa mengorbankan kualitas.
Keunggulan kompetitif ini membantu perusahaan untuk tetap relevan dan unggul dalam persaingan pasar yang semakin ketat.
5. Mendukung Keberlanjutan
SCM modern tidak hanya berfokus pada efisiensi dan keuntungan, tetapi juga pada keberlanjutan (sustainability). Tujuan ini meliputi:
- Mengurangi limbah produksi dan limbah kemasan melalui proses yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
- Memilih bahan baku yang ramah lingkungan dan bekerja dengan pemasok yang menerapkan praktik bisnis berkelanjutan.
- Mengoptimalkan rute pengiriman dan menggunakan metode transportasi yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon.
- Menerapkan sistem pengembalian produk yang efisien untuk mendaur ulang atau menggunakan kembali bahan yang masih layak.
Dengan mendukung keberlanjutan, perusahaan tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan tetapi juga memenuhi tuntutan konsumen yang semakin peduli terhadap isu-isu lingkungan.
Manfaat Supply Chain Management
Manfaat Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan tidak hanya dirasakan oleh perusahaan, tetapi juga oleh pelanggan dan pemasok. Menurut Mentzer et al. (2001), SCM memberikan sejumlah manfaat utama yang dapat meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai manfaat-manfaat tersebut:
1. Kepuasan Pelanggan yang Lebih Tinggi
SCM yang efektif memastikan bahwa produk tersedia tepat waktu, dalam kondisi baik, dan sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Beberapa cara SCM meningkatkan kepuasan pelanggan meliputi:
- Menghindari situasi stok kosong (stockout) yang dapat menyebabkan pelanggan kecewa.
- Mengirim produk sesuai dengan jadwal yang dijanjikan, sehingga pelanggan tidak perlu menunggu terlalu lama.
- Memastikan produk yang diterima pelanggan memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
Dengan meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan dapat membangun loyalitas pelanggan dan meningkatkan reputasi merekanya.
2. Pengurangan Biaya Operasional
SCM membantu perusahaan mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan dalam rantai pasokan, sehingga biaya operasional dapat ditekan. Beberapa area di mana SCM dapat mengurangi biaya meliputi:
- Menghindari kelebihan stok (overstocking) yang meningkatkan biaya penyimpanan atau kekurangan stok yang menyebabkan biaya tambahan akibat produksi mendadak.
- Mengurangi pemborosan bahan baku dan meningkatkan efisiensi produksi.
- Memilih metode distribusi yang paling efisien dan hemat biaya, seperti konsolidasi pengiriman atau penggunaan rute yang optimal.
Pengurangan biaya operasional ini tidak hanya meningkatkan profitabilitas perusahaan tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif kepada pelanggan.
3. Peningkatan Efisiensi
SCM meningkatkan efisiensi operasional dengan mengoptimalkan setiap tahap dalam rantai pasokan. Beberapa contoh peningkatan efisiensi yang dicapai melalui SCM meliputi:
- Menghindari kelebihan atau kekurangan stok, sehingga perusahaan dapat mengelola persediaan dengan lebih efektif.
- Memastikan bahwa semua bagian dalam rantai pasokan, mulai dari pengadaan, produksi, hingga distribusi, bekerja secara harmonis.
- Memanfaatkan sistem seperti Enterprise Resource Planning (ERP) atau Warehouse Management Systems (WMS) untuk mengotomatisasi proses dan mengurangi kesalahan manusia.
Efisiensi yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk merespons permintaan pasar dengan lebih cepat dan mengurangi pemborosan sumber daya.
4. Fleksibilitas yang Lebih Tinggi
SCM memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan permintaan pasar dan kondisi bisnis yang dinamis. Beberapa cara SCM meningkatkan fleksibilitas meliputi:
- Kemampuan untuk menyesuaikan produksi dan distribusi berdasarkan fluktuasi permintaan pelanggan.
- Mengidentifikasi dan merespons risiko dalam rantai pasokan, seperti gangguan pasokan bahan baku atau perubahan regulasi.
- Memiliki rencana cadangan (contingency plan) untuk menghadapi situasi darurat, seperti bencana alam atau pandemi.
Fleksibilitas yang tinggi membantu perusahaan menjaga daya saing bisnis dan tetap relevan dalam pasar yang terus berubah.
5. Hubungan yang Lebih Baik dengan Pemasok
SCM mendorong kolaborasi yang lebih baik antara perusahaan dan pemasoknya. Beberapa manfaat dari hubungan yang lebih baik dengan pemasok meliputi:
- Pemasok yang andal akan menyediakan bahan baku berkualitas tinggi, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas produk jadi.
- Kolaborasi yang baik dengan pemasok memastikan bahwa bahan baku tiba tepat waktu, sehingga proses produksi tidak terganggu.
- Hubungan yang baik dengan pemasok memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif dan syarat pembayaran yang lebih fleksibel.
Dengan membangun hubungan yang kuat dengan pemasok, perusahaan dapat menciptakan rantai pasokan yang lebih stabil dan andal.
Contoh Penerapan Supply Chain Management
Berikut adalah beberapa contoh penerapan SCM di berbagai industri:
1. Industri Otomotif (Toyota)
Toyota dikenal dengan sistem produksi “Just-in-Time” (JIT) yang menjadi salah satu contoh terbaik penerapan SCM. Sistem ini memastikan bahwa komponen tiba tepat waktu di pabrik perakitan, sehingga mengurangi kebutuhan untuk menyimpan persediaan dalam jumlah besar.
Sistem JIT Toyota tidak hanya meningkatkan efisiensi internal tetapi juga membangun hubungan yang kuat dengan pemasok, sehingga menciptakan rantai pasokan yang lebih terintegrasi dan responsif (Ohno, 1988).
2. Industri Ritel (Walmart)
Walmart merupakan contoh perusahaan ritel yang sukses menerapkan SCM dengan memanfaatkan teknologi canggih. Mereka menggunakan sistem RFID (Radio Frequency Identification) dan analitik data untuk memantau persediaan secara real-time.
Walmart berhasil menciptakan rantai pasokan yang sangat efisien dengan mengintegrasikan teknologi dan kolaborasi yang kuat dengan pemasok (Simchi-Levi et al., 2008).
3. Industri Makanan Cepat Saji (McDonald’s)
McDonald’s menerapkan SCM yang ketat untuk memastikan ketersediaan bahan baku seperti daging, kentang, dan roti di setiap restoran mereka. Mereka bekerja sama dengan pemasok lokal dan global untuk menjaga kualitas dan kesegaran bahan baku.
Menurut Christopher (2016), McDonald’s berhasil membangun rantai pasokan yang sangat terintegrasi, yang memungkinkan mereka untuk merespons permintaan pelanggan dengan cepat dan efisien.
4. Industri Farmasi (Pfizer)
Pfizer, salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia, mengelola rantai pasokan yang sangat kompleks untuk memastikan obat-obatan tersedia di seluruh dunia. Mereka harus mematuhi berbagai peraturan dan standar di setiap negara, termasuk persyaratan penyimpanan dan distribusi yang ketat.
Berdasarkan Shah (2004), industri farmasi memerlukan SCM yang sangat canggih untuk mengelola kompleksitas rantai pasokan global dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi.
5. E-commerce (Amazon)
Amazon merupakan contoh perusahaan e-commerce yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan analitik data untuk mengoptimalkan rantai pasokan mereka. Mereka memprediksi permintaan pelanggan dan mengelola inventaris secara efisien.
Amazon berhasil menciptakan rantai pasokan yang sangat responsif dengan memanfaatkan teknologi canggih dan analitik data (Brynjolfsson et al., 2013).
Fungsi Supply Chain Management
Menurut Chopra dan Meindl (2016), Supply Chain Management (SCM) memiliki tiga fungsi utama yang saling terkait dan mendukung keberhasilan operasional perusahaan. Ketiga fungsi ini mencakup aspek fisik, mediasi pasar, dan survei pasar. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing fungsi tersebut:
1. Fungsi Fisik
Fungsi fisik SCM berfokus pada konversi bahan baku menjadi produk jadi dan pengelolaan biaya fisik yang terkait dengan proses ini. Beberapa aktivitas utama dalam fungsi fisik meliputi:
- Mengubah bahan baku menjadi produk jadi melalui proses manufaktur atau produksi.
- Memindahkan bahan baku, komponen, dan produk jadi dari satu lokasi ke lokasi lain dalam rantai pasokan.
- Mengelola gudang dan fasilitas penyimpanan untuk menyimpan bahan baku, barang dalam proses, dan produk jadi.
- Mengirim produk jadi ke pelanggan atau titik penjualan.
Fungsi fisik ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk diproduksi dan didistribusikan secara efisien, sambil mengelola biaya-biaya fisik seperti biaya transportasi, penyimpanan, dan produksi.
2. Fungsi Mediasi Pasar
Fungsi mediasi pasar bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Hal ini melibatkan upaya untuk memastikan bahwa pasokan produk sesuai dengan permintaan pasar, sehingga menghindari kelebihan stok (overstocking) atau kekurangan stok (stockout).
- Memprediksi permintaan pelanggan berdasarkan data historis, tren pasar, dan faktor eksternal.
- Mengelola tingkat persediaan untuk memastikan bahwa produk selalu tersedia saat dibutuhkan, tanpa menimbulkan biaya penyimpanan yang berlebihan.
- Bekerja sama dengan pemasok dan distributor untuk memastikan pasokan yang konsisten dan tepat waktu.
Fungsi mediasi pasar ini sangat penting untuk meminimalkan risiko kehilangan penjualan akibat stok kosong atau kerugian finansial akibat kelebihan stok.
Perusahaan ritel seperti Walmart menggunakan sistem manajemen persediaan canggih untuk memastikan stok barang selalu tersedia di toko-toko mereka, sambil menghindari kelebihan stok yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan.
3. Fungsi Survei Pasar
Fungsi survei pasar berfokus pada pengelolaan biaya terkait perencanaan produk dan aspirasi konsumen, melibatkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta mengintegrasikan informasi ini ke dalam perencanaan produk dan strategi rantai pasokan.
- Mengumpulkan dan menganalisis data tentang preferensi, perilaku, dan tren konsumen.
- Merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar.
- Mengelola biaya yang terkait dengan pengembangan produk, seperti biaya penelitian, desain, dan pengujian.
- Menyesuaikan rantai pasokan berdasarkan perubahan tren pasar atau preferensi konsumen.
Survei pasar ini membantu perusahaan untuk tetap relevan dan kompetitif dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Perusahaan teknologi seperti Apple menggunakan fungsi survei pasar untuk memahami aspirasi konsumen terhadap produk-produk inovatif, seperti iPhone atau MacBook, dan mengintegrasikan umpan balik ini ke dalam proses pengembangan produk.
Peran Teknologi dalam SCM
Teknologi telah mengubah cara SCM dijalankan. Beberapa teknologi yang digunakan meliputi:
1. Internet of Things (IoT)
Internet of Things (IoT)Â memungkinkan perangkat fisik untuk terhubung dan berkomunikasi melalui internet. Dalam SCM, IoT digunakan untuk memantau kondisi produk selama pengiriman dan menyediakan data real-time tentang lokasi, suhu, kelembaban, dan kondisi lainnya. Adapun Manfaat IoT:
- Memantau pergerakan real time barang dari gudang hingga ke tangan pelanggan.
- Memastikan produk yang sensitif terhadap suhu (seperti makanan atau obat-obatan) tetap dalam kondisi optimal selama pengiriman.
- Mengurangi risiko kehilangan atau kerusakan barang selama transit.
Menurut Lee et al. (2017), IoT telah merevolusi logistik dengan memberikan visibilitas yang lebih besar terhadap rantai pasokan, sehingga memungkinkan perusahaan untuk merespons masalah dengan cepat dan meningkatkan efisiensi operasional.
2. Artificial Intelligence (AI)
Artificial Intelligence (AI)Â digunakan dalam SCM untuk memprediksi permintaan, mengoptimalkan inventaris, dan meningkatkan efisiensi operasional. AI memanfaatkan algoritma canggih dan analitik data untuk memberikan wawasan yang mendalam tentang tren pasar dan perilaku konsumen. Adapun manfaatnya:
- Memprediksi permintaan pelanggan dengan akurasi tinggi berdasarkan data historis dan tren pasar.
- Mengelola tingkat persediaan secara otomatis untuk menghindari kelebihan atau kekurangan stok.
- Mengotomatisasi tugas-tugas rutin seperti pemesanan bahan baku atau penjadwalan produksi.
Baryannis et al. (2019), AI telah menjadi alat yang sangat berharga dalam SCM karena kemampuannya untuk menganalisis data dalam skala besar dan memberikan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti.
3. Blockchain
Blockchain adalah teknologi yang menyediakan sistem pencatatan data yang terdesentralisasi, transparan, dan aman. Dalam SCM, blockchain digunakan untuk meningkatkan transparansi dan keamanan dalam rantai pasokan. Manfaat Blockchain untuk SCM:
- Memberikan visibilitas yang lebih besar terhadap pergerakan barang dan transaksi dalam rantai pasokan.
- Mencegah pemalsuan atau manipulasi data dengan menggunakan sistem yang tidak dapat diubah (immutable).
- Memungkinkan pelacakan asal usul produk, yang sangat penting untuk industri seperti makanan dan farmasi.
Saberi et al. (2019), blockchain memiliki potensi besar untuk mentransformasi SCM dengan meningkatkan kepercayaan dan efisiensi dalam rantai pasokan global.
Penutup
Teknologi seperti IoT, AI, dan Blockchain telah mengubah cara SCM dijalankan, membawa efisiensi, transparansi, dan kecepatan yang lebih besar ke dalam rantai pasokan. IoT memungkinkan pelacakan real-time dan pengawasan kondisi produk, AI membantu memprediksi permintaan dan mengoptimalkan inventaris, sementara blockchain meningkatkan transparansi dan keamanan. Dengan mengadopsi teknologi-teknologi ini, perusahaan dapat menciptakan rantai pasokan yang lebih responsif, andal, dan berkelanjutan.
Baca juga:
- Jenis-Jenis dan Strategi Manajemen Konflik di Tempat Kerja
- Ini Peluang dan Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia
- 9 Tantangan Bisnis di Era Digitalisasi dan Strategi Menghadapinya
- Manfaat, Tantangan dan Dampak AI dalam Industri Manufaktur
- Jenis dan 9 Contoh E-commerce di Indonesia
Referensi:
- Chopra, S., & Meindl, P. (2016). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation. Pearson.
- Christopher, M. (2016). Logistics & Supply Chain Management. Pearson.
- Heizer, J., & Render, B. (2020). Operations Management: Sustainability and Supply Chain Management. Pearson.
- Monczka, R., Handfield, R., & Giunipero, L. (2015). Purchasing and Supply Chain Management. Cengage Learning.
- Mentzer, J. T., DeWitt, W., & Keebler, J. S. (2001). Defining Supply Chain Management. Journal of Business Logistics.
- Lee, I., & Lee, K. (2017). The Internet of Things (IoT): Applications, Investments, and Challenges for Enterprises. Business Horizons.
- Baryannis, G., Validi, S., Dani, S., & Antoniou, G. (2019). Supply Chain Risk Management and Artificial Intelligence: State of the Art and Future Research Directions. International Journal of Production Research.
- Saberi, S., Kouhizadeh, M., Sarkis, J., & Shen, L. (2019). Blockchain Technology and Its Relationships to Sustainable Supply Chain Management. International Journal of Production Research.