Perbedaan SPC dan SQC: Pengertian, Tujuan, dan Implementasi

Perbedaan SPC dan SQC

Perbedaan SPC dan SQC – Dalam dunia manufaktur dan industri, kontrol kualitas merupakan elemen penting yang menentukan keberhasilan suatu proses produksi. Untuk memastikan kualitas produk tetap konsisten dan memenuhi standar yang telah ditetapkan, berbagai metode pengendalian kualitas digunakan. Dua konsep yang sering dibandingkan dalam konteks ini adalah Statistical Process Control (SPC) dan Statistical Quality Control (SQC). Keduanya memiliki tujuan yang serupa, yaitu meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi, namun pendekatan yang digunakan berbeda.

Perbedaan SPC dan SQC

Inilah perbedaan antara SPC dan SQC, serta bagaimana keduanya diterapkan dalam industri manufaktur, khususnya dalam konteks produksi makanan dan minuman atau Consumer Packaged Goods (CPG).

1. Pengertian SPC dan SQC

Statistical Process Control (SPC) adalah metode yang digunakan untuk mengawasi dan mengontrol proses produksi dengan menerapkan teknik statistik. SPC lebih berfokus pada pengendalian variabilitas dalam proses produksi secara real-time sehingga dapat mencegah terjadinya cacat sebelum produk selesai diproduksi. Hanum (2020) menyatakan bahwa SPC merupakan teknik penyelesaian masalah dengan metode statistik yang diterapkan untuk mengendalikan proses produksi guna mengurangi variasi yang tidak diinginkan.

Di sisi lain, Statistical Quality Control (SQC) lebih luas cakupannya dibandingkan SPC karena mencakup berbagai teknik statistika yang digunakan untuk memastikan kualitas produk akhir sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Menurut Hairiyah (2019), SQC tidak hanya mencakup SPC, tetapi juga metode lain seperti acceptance sampling dan process capability analysis untuk menganalisis serta mengelola kualitas produk yang dihasilkan.

2. Tujuan SPC dan SQC

Tujuan utama dari penerapan SPC adalah untuk mengamati, menganalisis, serta mengendalikan proses produksi agar tetap berada dalam batas yang telah ditetapkan. SPC membantu produsen dalam mendeteksi variasi yang terjadi pada proses sehingga dapat segera dilakukan tindakan perbaikan sebelum produk yang cacat diproduksi dalam jumlah besar. Seperti yang dikemukakan oleh Hanum (2020), SPC bertujuan untuk memastikan bahwa suatu proses produksi berada dalam kendali statistik dengan menggunakan alat-alat manajemen yang tepat.

Selain itu, SPC memiliki manfaat besar dalam mengurangi kesalahan proses produksi. Penyebab kesalahan dalam produksi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu penyebab umum (common cause) yang merupakan bagian alami dari sistem produksi, serta penyebab khusus (special cause) yang muncul akibat faktor tertentu yang tidak biasa. Ketika penyebab khusus dapat diidentifikasi dengan cepat menggunakan SPC, maka langkah koreksi dapat segera diambil untuk mencegah pemborosan dan meningkatkan efisiensi produksi (Hanum, 2020).

Berbeda dengan SPC yang lebih berfokus pada proses, SQC lebih mengutamakan pengendalian kualitas produk akhir. Hairiyah (2019) menjelaskan bahwa tujuan utama SQC adalah untuk menganalisis serta mengelola kualitas produk guna memastikan bahwa setiap produk memenuhi spesifikasi pelanggan. Dengan kata lain, SQC membantu dalam menentukan apakah produk yang dihasilkan dapat diterima atau perlu dilakukan tindakan korektif seperti perbaikan atau penolakan.

Dalam industri manufaktur, SQC sering kali diterapkan melalui metode acceptance sampling, di mana sejumlah sampel dari batch produksi diambil dan diuji kualitasnya. Jika hasil sampel menunjukkan tingkat cacat yang rendah, maka batch tersebut dapat diterima. Namun, jika tingkat cacatnya tinggi, maka batch tersebut dapat ditolak atau dikembalikan untuk diperbaiki. Metode ini memberikan fleksibilitas dalam menentukan standar kualitas produk yang dihasilkan tanpa harus menguji setiap unit yang diproduksi (Hairiyah, 2019).

3. Alat dan Teknik yang Digunakan dalam SPC dan SQC

Baik SPC maupun SQC menggunakan berbagai alat dan teknik statistik untuk membantu dalam pengendalian kualitas. Beberapa alat yang umum digunakan dalam SPC antara lain Bagan Kontrol (Control Charts), Batas Kontrol (Control Limits), histograms, dan CPK & PPK (Process Capability Indices). Control charts, atau diagram kendali, berfungsi untuk memonitor perubahan dalam proses produksi dari waktu ke waktu dan memberikan sinyal jika terjadi penyimpangan yang signifikan (Hanum, 2020).

Sementara itu, dalam SQC, beberapa alat yang sering digunakan mencakup Pengambilan Sampel Penerimaan (Acceptance Sampling), Diagram Sebab-Akibat (Ishikawa), Bagan Pareto, dan Stratifikasi. Pareto charts digunakan untuk mengidentifikasi penyebab utama dari permasalahan kualitas dengan mengurutkan faktor-faktor yang paling berpengaruh. Diagram Ishikawa membantu dalam menemukan akar penyebab dari suatu masalah kualitas dengan memetakan berbagai faktor yang mungkin menjadi penyebabnya (Hairiyah, 2019).

4, Implementasi dalam Industri Makanan dan Minuman

Dalam industri makanan dan minuman, implementasi SPC dan SQC menjadi krusial untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan aman dan memenuhi standar regulasi yang ketat. Menurut Sidartawan (2014), SPC dapat digunakan untuk mengendalikan parameter kritis dalam produksi seperti suhu, kelembaban, dan komposisi bahan baku. Dengan pemantauan yang terus-menerus, produsen dapat menghindari produk yang tidak sesuai sebelum produk tersebut diproses lebih lanjut.

Di sisi lain, SQC dalam industri makanan lebih banyak digunakan dalam pengujian produk akhir. Misalnya, dalam industri susu pasteurisasi, SQC dapat digunakan untuk menguji kadar mikroba pada produk akhir guna memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan standar keamanan pangan (Hanum, 2020). Jika batch tertentu tidak memenuhi standar, maka langkah-langkah korektif dapat diambil, seperti penghancuran produk atau reformulasi bahan.

Keunggulan dan Kelemahan SPC dan SQC

Salah satu keunggulan utama SPC adalah kemampuannya untuk mendeteksi masalah sebelum berdampak pada kualitas produk akhir. Dengan pendekatan yang lebih proaktif, SPC memungkinkan perusahaan untuk menghindari pemborosan material dan waktu akibat produksi yang tidak efisien (Hairiyah, 2019). Namun, kelemahan SPC terletak pada kebutuhan akan data yang akurat dan real-time, serta keterampilan teknis yang lebih tinggi dalam menganalisis data yang dikumpulkan.

Sebaliknya, SQC lebih mudah diimplementasikan karena tidak memerlukan pemantauan real-time, namun metode ini memiliki kelemahan karena bersifat reaktif. Jika suatu batch produk ditemukan tidak sesuai dengan standar, maka biaya produksi bisa meningkat akibat pemborosan produk yang tidak bisa dijual atau harus diperbaiki (Rachman, 2013).

Integrasi SPC dan SQC dengan Teknologi Modern

Dengan kemajuan teknologi, produsen sekarang dapat mengintegrasikan SPC dan SQC menggunakan Platform Manajemen Pabrik. Platform ini memungkinkan pemantauan proses secara real-time (SPC) dan inspeksi kualitas otomatis (SQC). Dengan teknologi ini, produsen dapat mendapatkan notifikasi instan jika terjadi penyimpangan, menganalisis data historis untuk perbaikan berkelanjutan, dan memastikan bahwa proses dan produk memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Penutup

Dengan memahami perbedaan mendasar antara SPC dan SQC, produsen dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam industri Makanan & Minuman atau Consumer Packaged Goods (CPG), kombinasi SPC dan SQC memungkinkan pengendalian yang lebih ketat terhadap kualitas produk serta peningkatan efisiensi dalam proses produksi. Oleh karena itu, penerapan kedua metode ini secara simultan dapat menjadi strategi yang efektif dalam mencapai tujuan kualitas dan kepuasan pelanggan.

Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Baca juga:

Referensi

  1. Hairiyah, H. (2019). Statistical Quality Control: Konsep dan Aplikasinya dalam Pengendalian Kualitas Produk. Jakarta: Penerbit Universitas.
  2. Hanum, A. (2020). Pengendalian Proses Statistik: Teori dan Implementasi dalam Industri. Yogyakarta: Media Akademi.
  3. Sidartawan, T. (2014). Implementasi Statistical Process Control dan Statistical Quality Control dalam Manufaktur. Bandung: Graha Ilmu.
  4. Rachman, A. (2013). Pengendalian Kualitas Statistik dalam Produksi: Prinsip dan Metode. Surabaya: Pustaka Industri.
Scroll to Top