Apa Itu Remarketing? Manfaat, Cara Kerja, dan Tantangannya

Remarketing

Remarketing – Dalam dunia bisnis digital yang semakin kompetitif, menarik pelanggan baru hanyalah separuh dari pertempuran. Tantangan sebenarnya adalah bagaimana mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan mengubah mereka menjadi pembeli setia. Di sinilah remarketing memainkan peran penting. Remarketing bukan sekadar strategi pemasaran biasa, melainkan sebuah pendekatan cerdas untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

Apa Itu Remarketing?

Remarketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang bertujuan untuk melibatkan kembali pelanggan yang sebelumnya telah berinteraksi dengan merek kamu. Interaksi ini bisa berupa pembelian produk, kunjungan ke situs web, atau bahkan sekadar melihat iklan tertentu. Tujuan utama dari remarketing untuk mengingatkan pelanggan tentang produk atau layanan yang ditawarkan, memperdalam hubungan dengan mereka, dan mendorong mereka untuk melakukan pembelian kembali (Smith, 2022).

Sebagai contoh, ketika kamu menerima email dari sebuah toko online yang pernah di kunjungi, menawarkan diskon khusus atau produk baru yang sesuai dengan minat, itu merupakan salah satu bentuk remarketing. Contoh lainnya adalah ketika melihat iklan di platform media sosial tentang produk yang pernah di lihat di situs web tertentu. Iklan tersebut dirancang khusus untuk menarik perhatiandan mengarahkan kamu kembali ke merek tersebut (Johnson, 2021).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh MarketingProfs, remarketing efektif karena memanfaatkan data perilaku pelanggan untuk menciptakan pengalaman yang lebih personal. Dengan mengingatkan pelanggan tentang produk atau layanan yang pernah mereka minati, peluang untuk meningkatkan konversi dan loyalitas pelanggan menjadi lebih besar (MarketingProfs, 2023).

Dengan kata lain, remarketing bukan hanya tentang menjual produk, tetapi juga tentang membangun hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggan. Strategi ini memungkinkan bisnis untuk tetap berada di benak pelanggan, bahkan setelah interaksi awal selesai, sehingga meningkatkan kemungkinan mereka kembali melakukan pembelian di masa depan.

Mengapa Remarketing Penting?

Remarketing memiliki peran yang sangat penting dalam strategi pemasaran modern, dan hal ini didukung oleh beberapa alasan mendasar. Pertama, remarketing membantu meningkatkan retensi pelanggan. Menurut sebuah studi oleh Bain & Company, biaya untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada bisa lima kali lebih murah daripada menarik pelanggan baru. Dengan remarketing, bisnis dapat menjaga hubungan dengan pelanggan lama, memastikan mereka tetap terlibat dan terus kembali melakukan pembelian (Bain & Company, 2021).

Kedua, remarketing efektif dalam meningkatkan tingkat konversi. Pelanggan yang sudah familiar dengan merek cenderung lebih mungkin untuk melakukan pembelian ulang. Strategi remarketing berfungsi sebagai pengingat tentang produk atau layanan yang pernah mereka gunakan, sehingga mendorong mereka untuk kembali membeli (HubSpot, 2022).

Selain itu, remarketing juga berperan penting dalam membangun loyalitas pelanggan. Dengan terus berinteraksi dan memberikan nilai tambah, seperti penawaran khusus atau konten yang relevan, bisnis dapat menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan pelanggan. Loyalitas ini tidak hanya meningkatkan frekuensi pembelian, tetapi juga mendorong pelanggan untuk merekomendasikan merek kepada orang lain (Kotler & Keller, 2020).

Terakhir, remarketing memungkinkan pengoptimalan anggaran pemasaran. Dengan fokus pada audiens yang sudah tertarik atau pernah berinteraksi dengan merek, strategi ini menjadi lebih efisien dan efektif. Menurut penelitian oleh WordStream, kampanye remarketing dapat menghasilkan ROI yang lebih tinggi dibandingkan kampanye pemasaran tradisional karena menargetkan audiens yang sudah memiliki minat terhadap produk atau layanan Anda (WordStream, 2023).

Perbedaan Remarketing dan Retargeting

Meskipun istilah remarketing dan retargeting sering digunakan secara bergantian, keduanya memiliki perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami. Perbedaan ini terletak pada target audiens, metode pelaksanaan, serta pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan konversi.

Remarketing lebih berfokus pada pelanggan yang sudah pernah melakukan pembelian atau memiliki interaksi langsung dengan merek Anda. Strategi ini biasanya dilakukan melalui saluran komunikasi yang lebih personal, seperti email atau pesan langsung. Contohnya, ketika seorang pelanggan membeli produk dari situs web kamu, dapat mengirimkan email follow-up yang menawarkan produk pelengkap atau memberikan diskon untuk pembelian berikutnya. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan pelanggan yang sudah ada dan mendorong mereka untuk kembali melakukan pembelian (Neil Patel, 2023).

Di sisi lain, retargeting lebih berfokus pada pengguna yang pernah mengunjungi situs web atau profil media sosial tetapi belum melakukan pembelian. Retargeting biasanya dilakukan melalui iklan online, seperti iklan di platform Facebook, Google, atau Instagram. Misalnya, ketika seseorang mengunjungi situs web kamu tetapi tidak menyelesaikan pembelian, dapat menampilkan iklan produk yang mereka lihat saat mereka menjelajahi internet atau media sosial. Tujuannya adalah untuk mengingatkan mereka tentang produk atau layanan yang mereka minati dan mendorong mereka untuk kembali ke situs web (WordStream, 2023).

Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan konversi, pendekatan yang digunakan berbeda. Remarketing cenderung lebih personal dan langsung karena melibatkan komunikasi satu-ke-satu dengan pelanggan yang sudah mengenal merek Anda. Sementara itu, retargeting lebih bersifat mengingatkan dan bertujuan untuk menarik kembali pengguna yang mungkin belum sepenuhnya tertarik atau belum siap untuk melakukan pembelian pada kunjungan pertama mereka (HubSpot, 2022).

Menurut penelitian oleh AdRoll, kampanye retargeting dapat meningkatkan kemungkinan konversi hingga 70%, sementara remarketing melalui email memiliki tingkat keterbukaan (open rate) yang lebih tinggi, yaitu sekitar 45%. Hal ini menunjukkan bahwa kedua strategi ini saling melengkapi dan dapat digunakan secara bersamaan untuk mencapai hasil yang optimal (AdRoll, 2023).

Manfaat Remarketing

Remarketing tidak hanya sekadar strategi untuk meningkatkan penjualan, tetapi juga memiliki berbagai manfaat yang dapat membantu bisnis tumbuh secara berkelanjutan. Berikut ini beberapa manfaat utama dari remarketing yang perlu diperhatikan:

1. Meningkatkan Kesadaran Merek

Salah satu manfaat utama remarketing adalah kemampuannya untuk memperkuat kesadaran merek. Dengan terus muncul di hadapan pelanggan, baik melalui email, iklan, atau konten yang relevan, merek kamu akan tetap segar dalam ingatan mereka. Menurut sebuah studi oleh Nielsen, paparan berulang terhadap suatu merek dapat meningkatkan pengenalan merek hingga 80%. Hal ini penting karena pelanggan cenderung memilih merek yang mereka kenal dan percayai (Nielsen, 2022).

2. Meningkatkan ROI (Return on Investment)

Remarketing dikenal sebagai strategi yang efisien karena menargetkan audiens yang sudah tertarik dengan produk atau layanan Anda. Menurut data dari WordStream, kampanye remarketing dapat menghasilkan ROI yang lebih tinggi dibandingkan kampanye pemasaran tradisional, dengan tingkat konversi yang mencapai 2-3 kali lipat lebih besar. Ini karena audiens yang ditargetkan sudah memiliki minat awal terhadap merek, sehingga lebih mungkin untuk melakukan pembelian (WordStream, 2023).

3. Personalisasi yang Lebih Baik

Remarketing memungkinkan bisnis untuk menyesuaikan pesan berdasarkan perilaku, minat, dan riwayat interaksi pelanggan. Misalnya, jika seorang pelanggan pernah membeli produk tertentu, kamu dapat mengirimkan rekomendasi produk pelengkap atau penawaran khusus yang relevan. Personalisasi ini tidak hanya meningkatkan pengalaman pelanggan tetapi juga meningkatkan kemungkinan konversi. Menurut penelitian oleh Epsilon, pesan yang dipersonalisasi dapat meningkatkan tingkat keterlibatan pelanggan hingga 80% (Epsilon, 2021).

4. Membangun Hubungan Jangka Panjang

Remarketing bukan hanya tentang penjualan cepat, tetapi juga tentang membangun hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggan. Dengan terus berinteraksi dan memberikan nilai tambah, seperti konten edukatif, penawaran eksklusif, atau program loyalitas, kamu dapat membangun kepercayaan dan loyalitas pelanggan. Menurut Harvard Business Review, pelanggan yang loyal cenderung menghabiskan 67% lebih banyak dibandingkan pelanggan baru, yang menunjukkan pentingnya membangun hubungan jangka panjang (Harvard Business Review, 2020).

5. Mengurangi Biaya Akuisisi Pelanggan

Karena remarketing fokus pada pelanggan yang sudah mengenal merek kamu, biaya untuk mengonversi mereka jauh lebih rendah dibandingkan menarik pelanggan baru. Menurut data dari Adobe, biaya akuisisi pelanggan melalui remarketing bisa 50% lebih murah daripada metode pemasaran lainnya. Ini membuat remarketing menjadi strategi yang hemat biaya namun efektif (Adobe, 2023).

6. Meningkatkan Tingkat Retensi Pelanggan

Remarketing juga berperan penting dalam mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Dengan terus mengingatkan mereka tentang nilai yang ditawarkan oleh merek, pelanggan cenderung tetap setia dan melakukan pembelian berulang. Menurut penelitian oleh Bain & Company, meningkatkan retensi pelanggan sebesar 5% dapat meningkatkan keuntungan bisnis hingga 25-95% (Bain & Company, 2021).

Cara Kerja Remarketing

Berikut ini langkah-langkah dalam menjalankan kampanye remarketing:

1. Mengumpulkan Data

Langkah pertama dalam remarketing adalah mengumpulkan data pelanggan. Data ini dapat mencakup alamat email, riwayat pembelian, produk yang dilihat, waktu yang dihabiskan di situs web, atau bahkan interaksi dengan konten tertentu. Menurut sebuah laporan oleh McKinsey, perusahaan yang menggunakan data pelanggan secara efektif dapat meningkatkan keuntungan mereka hingga 15-20%. Data ini dapat dikumpulkan melalui berbagai cara, seperti formulir pendaftaran, cookie situs web, atau alat analitik seperti Google Analytics (McKinsey, 2022).

2. Segmentasi Audiens

Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengelompokkan pelanggan berdasarkan minat, perilaku, atau demografi. Segmentasi ini memungkinkan kamu untuk menyesuaikan pesan dan penawaran sesuai dengan kebutuhan dan preferensi setiap kelompok. Misalnya, pelanggan yang sering membeli produk tertentu dapat dikelompokkan ke dalam segmen yang berbeda dengan pelanggan yang hanya melihat produk tetapi belum membeli. Menurut penelitian oleh Mailchimp, kampanye email yang disesuaikan dengan segmentasi audiens dapat meningkatkan tingkat keterbukaan (open rate) hingga 14% dan tingkat klik (click-through rate) hingga 100% (Mailchimp, 2023).

3. Membuat Kampanye

Setelah audiens disegmentasi, langkah berikutnya adalah membuat kampanye yang relevan untuk setiap kelompok. Pesan atau iklan yang dibuat harus mencerminkan minat dan kebutuhan pelanggan. Misalnya, untuk pelanggan yang baru saja membeli produk, kamu dapat mengirim email yang menawarkan aksesori atau layanan tambahan. Sementara itu, untuk pelanggan yang meninggalkan keranjang belanja, kamu dapat menampilkan iklan yang menawarkan diskon atau insentif lainnya. Personalisasi adalah kunci dalam tahap ini, karena pesan yang relevan cenderung lebih menarik perhatian pelanggan (HubSpot, 2022).

4. Mengirim Pesan

Setelah kampanye dibuat, langkah selanjutnya adalah mengirim pesan melalui saluran yang tepat. Saluran yang digunakan dapat bervariasi, tergantung pada preferensi dan perilaku pelanggan. Email adalah salah satu saluran yang paling umum digunakan dalam remarketing, terutama untuk pelanggan yang sudah memiliki hubungan dengan merek. Selain itu, iklan di platform media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Google Ads juga efektif untuk menjangkau pelanggan yang pernah mengunjungi situs web Anda. Menurut data dari Statista, iklan retargeting di media sosial memiliki tingkat konversi yang 70% lebih tinggi dibandingkan iklan tradisional (Statista, 2023).

5. Menganalisis Hasil

Langkah terakhir dalam proses remarketing adalah menganalisis kinerja kampanye dan melakukan optimasi. Dengan menggunakan alat analitik, kamu dapat melacak metrik seperti tingkat keterbukaan email, tingkat klik, atau tingkat konversi. Data ini dapat membantu memahami apa yang berhasil dan apa yang perlu ditingkatkan. Misalnya, jika tingkat konversi rendah, Anda dapat mencoba mengubah pesan atau penawaran untuk meningkatkan hasil. Menurut Forbes, perusahaan yang secara teratur menganalisis dan mengoptimalkan kampanye pemasaran mereka dapat meningkatkan efektivitas kampanye hingga 30% (Forbes, 2023).

Tantangan dalam Remarketing

Tantangan-tantangan ini dapat memengaruhi keberhasilan kampanye remarketing jika tidak ditangani dengan baik. Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam remarketing:

1. Privasi Data

Salah satu tantangan terbesar dalam remarketing adalah masalah privasi data. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya privasi dan perlindungan data, bisnis harus memastikan bahwa mereka menggunakan data pelanggan secara etis dan transparan. Regulasi seperti GDPR (General Data Protection Regulation) di Eropa dan CCPA (California Consumer Privacy Act) di Amerika Serikat menetapkan standar ketat tentang bagaimana data pelanggan dapat dikumpulkan, disimpan, dan digunakan. Pelanggaran terhadap regulasi ini tidak hanya dapat merusak reputasi merek tetapi juga mengakibatkan denda yang besar. Menurut laporan oleh Cisco, 84% konsumen menginginkan lebih banyak kontrol atas bagaimana data mereka digunakan, yang menunjukkan pentingnya menjaga kepercayaan pelanggan (Cisco, 2023).

2. Kelelahan Audiens

Tantangan lain dalam remarketing adalah risiko kelelahan audiens. Terlalu banyak pesan atau iklan yang dikirim kepada pelanggan dapat membuat mereka merasa terganggu atau bahkan frustasi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan tingkat keterlibatan, seperti penurunan tingkat keterbukaan email atau peningkatan tingkat unsubscribe. Menurut penelitian oleh HubSpot, 78% konsumen akan berhenti berinteraksi dengan merek jika mereka merasa terlalu sering dijejali iklan atau pesan (HubSpot, 2022). Untuk menghindari hal ini, penting untuk mengatur frekuensi pengiriman pesan dan memastikan bahwa konten yang dikirim tetap relevan dan bernilai.

3. Segmentasi yang Salah

Segmentasi audiens merupakan kunci keberhasilan remarketing. Namun, jika segmentasi dilakukan dengan tidak tepat, pesan yang dikirim mungkin tidak sampai ke orang yang tepat. Misalnya, mengirim penawaran produk mahal kepada pelanggan yang hanya tertarik pada produk dengan harga terjangkau dapat mengurangi efektivitas kampanye. Menurut sebuah studi oleh Salesforce, 52% pelanggan cenderung beralih ke merek lain jika pesan yang mereka terima tidak relevan (Salesforce, 2023). Oleh karena itu, penting untuk menggunakan data yang akurat dan alat analitik yang canggih untuk memastikan segmentasi dilakukan dengan benar.

4. Anggaran Terbatas

Remarketing membutuhkan investasi, baik dalam hal waktu, sumber daya, maupun biaya. Tantangan muncul ketika bisnis memiliki anggaran terbatas tetapi ingin mencapai hasil yang maksimal. Misalnya, iklan retargeting di platform seperti Google Ads atau Facebook Ads dapat memakan biaya yang cukup besar, terutama jika target audiens sangat kompetitif. Menurut laporan oleh WordStream, biaya rata-rata per klik (CPC) untuk iklan retargeting bisa 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan iklan tradisional (WordStream, 2023). Untuk mengatasi hal ini, bisnis perlu mengelola anggaran dengan bijak, memprioritaskan segmen audiens yang paling potensial, dan terus memantau kinerja kampanye untuk memastikan ROI yang optimal.

5. Perubahan Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen terus berubah, terutama dengan perkembangan teknologi dan tren baru. Tantangan bagi bisnis adalah tetap relevan dan adaptif terhadap perubahan ini. Misalnya, jika pelanggan beralih dari penggunaan desktop ke perangkat mobile, kampanye remarketing harus dioptimalkan untuk pengalaman mobile. Menurut data dari Statista, lebih dari 60% lalu lintas internet global sekarang berasal dari perangkat mobile, yang menunjukkan pentingnya mengoptimalkan kampanye untuk platform ini (Statista, 2023).

6. Persaingan yang Ketat

Dalam industri yang kompetitif, bisnis mungkin menghadapi tantangan untuk menonjol di antara pesaing. Jika banyak merek yang menargetkan audiens yang sama, pelanggan mungkin merasa kebingungan atau kelelahan karena terlalu banyak pilihan. Untuk mengatasi hal ini, bisnis perlu menciptakan pesan yang unik dan menawarkan nilai tambah yang berbeda dari pesaing.

Penutup

Bila kamu ingin memaksimalkan potensi bisnis, tidak ada salahnya untuk mulai menerapkan remarketing dalam strategi pemasaran. Selamat mencoba dan semoga informasi ini bermanfaat ya.

Baca juga:

        Referensi

        • Smith, J. (2022). The Power of Remarketing: How to Re-engage Your Customers. Pemasaran Modern.
        • Johnson, L. (2021). Understanding Retargeting vs. Remarketing: What’s the Difference?. Digital Marketing Journal.
        • MarketingProfs. (2023). The Role of Personalization in Remarketing Campaigns.
        • Bain & Company. (2021). The Economics of Loyalty: Why Retention is Cheaper Than Acquisition.
        • HubSpot. (2022). The Ultimate Guide to Remarketing: Strategies and Best Practices.
        • Kotler, P., & Keller, K. L. (2020). Marketing Management (15th ed.). Pearson Education.
        • WordStream. (2023). Why Remarketing is a Game-Changer for Your Advertising ROI.
        • Neil Patel. (2023). Remarketing vs. Retargeting: What’s the Difference?.
        • Harvard Business Review. (2020). The Value of Customer Loyalty.
        • WordStream. (2023). The Ultimate Guide to Retargeting Ads.
        • HubSpot. (2022). Remarketing and Retargeting: How to Use Both Strategies Effectively.
        • AdRoll. (2023). The Power of Retargeting: Statistics and Best Practices.
        Scroll to Top