Inilah Jenis dan Manfaat Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam dunia bisnis. Bagi seorang pebisnis, laporan ini bukan sekadar dokumen formal yang harus disusun, melainkan sebuah cermin yang menggambarkan kesehatan dan kinerja perusahaan. Tanpa laporan keuangan yang akurat, mustahil bagi sebuah perusahaan untuk mengambil keputusan strategis, mengevaluasi kinerja, atau bahkan memenuhi kewajiban hukum dan perpajakan.

Namun, sayangnya, masih banyak pebisnis, terutama yang baru memulai, yang menganggap laporan keuangan sebagai sesuatu yang rumit dan membingungkan. Padahal, dengan pemahaman yang tepat, laporan keuangan bisa menjadi alat yang sangat powerful untuk mengembangkan bisnis. 

Apa Itu Laporan Keuangan Perusahaan?

Laporan keuangan perusahaan merupakan dokumen tertulis yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (IAI, 2020). Laporan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang terjadi, termasuk pendapatan, pengeluaran, aset, kewajiban, dan ekuitas. Secara sederhana, laporan keuangan dapat diibaratkan sebagai “rapor” yang menggambarkan kinerja perusahaan, baik dari segi profitabilitas, likuiditas, maupun solvabilitas.

Laporan keuangan tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, tetapi juga sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, seperti investor, kreditur, regulator, dan manajemen. Sedangkan menurut Harahap (2010), laporan keuangan adalah media yang digunakan oleh manajemen untuk menyampaikan informasi keuangan kepada stakeholders, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan data yang akurat dan relevan.

Periode Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan biasanya disusun pada akhir periode akuntansi, yang dapat bervariasi tergantung pada kebijakan dan kebutuhan perusahaan. Periode akuntansi ini bisa berupa bulanan, kuartalan, atau tahunan. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), periode pelaporan keuangan harus disesuaikan dengan siklus operasional perusahaan dan kebutuhan stakeholders (IAI, 2020).

  • Periode Bulanan: Beberapa perusahaan, terutama yang bergerak di industri ritel atau jasa, memilih untuk menyusun laporan keuangan setiap bulan. Hal ini dilakukan untuk memantau kinerja keuangan secara lebih detail dan responsif. Misalnya, perusahaan ritel besar seperti Indomaret atau Alfamart sering menyusun laporan keuangan bulanan untuk memastikan bahwa arus kas dan inventaris mereka terkendali.
  • Periode Kuartalan: Perusahaan yang terdaftar di bursa saham, seperti PT Telkom Indonesia atau PT Bank Central Asia (BCA), diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan kuartalan. Laporan ini digunakan untuk memberikan update kepada investor dan regulator tentang kinerja perusahaan selama tiga bulan terakhir.
  • Periode Tahunan: Laporan keuangan tahunan adalah laporan yang paling umum dan diwajibkan oleh hampir semua perusahaan. Laporan ini mencakup seluruh aktivitas keuangan selama satu tahun dan digunakan untuk kepentingan audit, perpajakan, dan pelaporan kepada stakeholders. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, setiap perusahaan di Indonesia wajib menyusun laporan keuangan tahunan dan melaporkannya kepada Kementerian Hukum dan HAM.

Manfaat Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan bukan sekadar dokumen yang harus disusun untuk memenuhi kewajiban administratif. Laporan ini memiliki peran yang sangat strategis dalam menjalankan bisnis. Berikut ini manfaat laporan keuangan perusahaan untuk bisnis.

1. Evaluasi Kinerja Perusahaan

Laporan keuangan memberikan gambaran komprehensif tentang seberapa baik perusahaan berkinerja dalam periode tertentu. Misalnya, melalui laporan laba rugi, perusahaan dapat mengetahui apakah operasional bisnis menghasilkan keuntungan atau justru mengalami kerugian. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2019), laporan laba rugi adalah alat utama untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Informasi ini sangat penting untuk mengevaluasi efektivitas strategi bisnis yang telah dijalankan dan menentukan langkah perbaikan jika diperlukan.

2. Dasar Pengambilan Keputusan

Setiap keputusan bisnis, baik itu ekspansi, pengurangan biaya, atau investasi baru, harus didasarkan pada data yang akurat dan terpercaya. Laporan keuangan menyediakan data tersebut, sehingga manajemen dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan terinformasi. Pendapat Brigham dan Houston (2015), laporan keuangan merupakan sumber informasi utama yang digunakan oleh manajer untuk merencanakan strategi bisnis jangka pendek maupun jangka panjang. Tanpa data yang akurat, keputusan bisnis dapat menjadi tidak terarah dan berisiko tinggi.

3. Pertanggungjawaban kepada Stakeholder

Sebagai pemilik bisnis atau manajer, Anda memiliki tanggung jawab kepada berbagai pihak, seperti investor, kreditur, dan pemerintah. Laporan keuangan adalah alat utama untuk mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan kepada stakeholders tersebut. Misalnya, investor memerlukan laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan sebelum memutuskan untuk menambah atau mengurangi investasi. Transparansi dalam laporan keuangan adalah kunci untuk membangun kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan (Harahap, 2010).

4. Kepatuhan Hukum dan Perpajakan

Laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi kewajiban hukum dan perpajakan. Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan setiap perusahaan untuk menyusun laporan keuangan tahunan. Selain itu, laporan keuangan juga menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan badan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Tanpa laporan keuangan yang akurat, perusahaan dapat menghadapi sanksi hukum atau masalah dengan otoritas pajak.

5. Perencanaan dan Proyeksi Masa Depan

Dengan menganalisis laporan keuangan, perusahaan dapat membuat proyeksi dan rencana bisnis untuk masa depan. Misalnya, jika laporan arus kas menunjukkan bahwa perusahaan memiliki arus kas yang sehat, manajemen dapat mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi bisnis atau investasi baru. Analisis laporan keuangan adalah langkah awal dalam perencanaan strategis, karena memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk membiayai pertumbuhan di masa depan (Gitman dan Zutter, 2015).

Jenis-Jenis Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan perusahaan terdiri dari beberapa jenis, masing-masing dengan fungsi dan komponen yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang jenis-jenis laporan keuangan:

1. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan laba rugi adalah jenis laporan keuangan yang menunjukkan pendapatan, beban, serta laba atau rugi yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode tertentu, laporan ini sangat penting karena memberikan gambaran tentang profitabilitas perusahaan, yaitu seberapa efisien perusahaan menghasilkan keuntungan dari operasional bisnisnya. Pendapat dari Kieso, Weygandt, dan Warfield (2019), laporan laba rugi adalah alat utama untuk mengukur kinerja operasional perusahaan.

Ada dua metode yang biasa digunakan untuk menyusun laporan laba rugi:

  • Metode Single Step: Metode ini relatif sederhana. Semua pendapatan dijumlahkan dalam satu kelompok, kemudian dikurangi dengan total beban. Metode ini cocok untuk perusahaan kecil dengan struktur keuangan yang tidak terlalu kompleks.
  • Metode Multiple Step: Metode ini lebih detail karena memisahkan pendapatan dan beban operasional dari non-operasional. Pendapatan operasional berasal dari kegiatan utama bisnis, sedangkan pendapatan non-operasional berasal dari aktivitas di luar operasional utama, seperti penjualan aset. Metode ini sering digunakan oleh perusahaan besar dengan struktur keuangan yang kompleks.

Komponen utama laporan laba rugi meliputi:

  • Pendapatan: Baik pendapatan operasional (misalnya, penjualan produk) maupun non-operasional (misalnya, pendapatan bunga).
  • Beban Pinjaman: Beban yang timbul dari utang atau pinjaman perusahaan.
  • Beban Pajak: Pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan.
  • Biaya Operasional: Biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan operasional bisnis, seperti gaji karyawan, biaya listrik, dan biaya pemasaran.
  • Laba atau Rugi Bersih: Hasil akhir setelah semua pendapatan dikurangi dengan beban dan biaya.

2. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)

Laporan arus kas, atau cash flow statement, mencatat semua arus kas masuk dan keluar perusahaan dalam suatu periode tertentu, laporan ini sangat penting karena menunjukkan seberapa baik perusahaan mengelola kasnya, yang merupakan indikator utama likuiditas perusahaan. Laporan arus kas membantu perusahaan memprediksi kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan merencanakan investasi di masa depan.

Laporan arus kas terdiri dari tiga komponen utama:

  • Arus Kas dari Aktivitas Operasional: Kas yang dihasilkan dari kegiatan utama bisnis, seperti penjualan produk atau jasa.
  • Arus Kas dari Aktivitas Investasi: Kas yang digunakan untuk investasi, seperti pembelian aset tetap atau penjualan properti.
  • Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan: Kas yang terkait dengan pendanaan, seperti penerbitan saham, pembayaran dividen, atau pelunasan utang.

3. Laporan Perubahan Modal (Statement of Changes in Equity)

Laporan perubahan modal menunjukkan perubahan modal perusahaan selama periode tertentu, ini penting untuk memahami bagaimana modal perusahaan berubah dari waktu ke waktu, terutama akibat laba atau rugi yang dihasilkan serta pengambilan dana oleh pemilik. Laporan perubahan modal memberikan gambaran tentang sumber dan penggunaan modal perusahaan.

Komponen utama laporan perubahan modal meliputi:

  • Modal Awal Periode: Modal yang dimiliki perusahaan pada awal periode pelaporan.
  • Laba atau Rugi Bersih: Laba atau rugi yang dihasilkan selama periode tersebut.
  • Pengambilan Dana Pribadi oleh Pemilik: Pengambilan dana oleh pemilik bisnis untuk keperluan pribadi.
  • Modal Akhir Periode: Modal yang dimiliki perusahaan pada akhir periode pelaporan.

4. Laporan Neraca (Balance Sheet)

Laporan neraca, atau balance sheet, menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, terdiri dari tiga komponen utama: aset, liabilitas, dan ekuitas. Neraca adalah alat utama untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan, karena memberikan gambaran tentang sumber daya yang dimiliki (aset) dan kewajiban yang harus dipenuhi (liabilitas).

Komponen utama laporan neraca meliputi:

  • Aset: Harta yang dimiliki perusahaan, seperti kas, piutang, inventaris, dan aset tetap.
  • Liabilitas: Kewajiban perusahaan, seperti utang jangka pendek dan utang jangka panjang.
  • Ekuitas: Modal pemilik, yang mencerminkan hak pemilik atas aset perusahaan setelah dikurangi liabilitas.

5. Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statements)

Catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan tambahan yang memberikan detail lebih lanjut tentang laporan keuangan utama, biasanya berisi informasi tentang kebijakan akuntansi, penjelasan tentang pos-pos tertentu, dan informasi lain yang relevan. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), catatan atas laporan keuangan adalah bagian integral dari laporan keuangan yang tidak boleh diabaikan, karena memberikan konteks dan penjelasan yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan secara utuh (IAI, 2020).

Cara Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan

Menyusun laporan keuangan mungkin terlihat rumit, tetapi sebenarnya bisa dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Berikut ini panduan lengkap untuk menyusun laporan keuangan perusahaan:

1. Mengumpulkan dan Mencatat Transaksi pada Jurnal

Langkah pertama dalam menyusun laporan keuangan adalah mengumpulkan dan mencatat semua transaksi yang dilakukan oleh perusahaan selama periode tertentu. Transaksi ini mencakup segala aktivitas keuangan, seperti pembelian, penjualan, pembayaran sewa, atau penukaran barang. Transaksi merupakan dasar dari seluruh proses akuntansi, dan pencatatan yang akurat sangat penting untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan.

Bukti transaksi, seperti nota, kwitansi, faktur, atau invoice, merupakan elemen kunci dalam proses ini. Bukti ini tidak boleh hilang karena berfungsi sebagai dasar pencatatan dan validasi transaksi. Semua transaksi yang berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan harus dicatat dalam jurnal umum dengan rinci, termasuk tanggal, jenis transaksi, jumlah, dan akun yang terpengaruh.

2. Membuat dan Memposting Jurnal ke dalam Buku Besar

Setelah semua transaksi dicatat dalam jurnal umum, langkah berikutnya adalah memposting transaksi tersebut ke buku besar. Buku besar adalah kumpulan akun-akun yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan, seperti kas, piutang, utang, dan modal. Buku besar berfungsi sebagai pusat informasi keuangan perusahaan, di mana semua transaksi diklasifikasikan ke dalam akun yang sesuai (Weygandt, Kimmel, dan Kieso, 2018).

Proses posting ini melibatkan pemindahan data dari jurnal umum ke akun-akun yang relevan dalam buku besar. Misalnya, transaksi penjualan akan diposting ke akun pendapatan, sementara transaksi pembelian akan diposting ke akun beban atau persediaan.

3. Membuat dan Menyusun Neraca Saldo

Setelah semua transaksi diposting ke buku besar, langkah selanjutnya adalah menyusun neraca saldo. Neraca saldo adalah daftar saldo semua akun dalam buku besar pada suatu tanggal tertentu. Tujuan utama neraca saldo adalah memastikan bahwa total debit sama dengan total kredit, yang menunjukkan bahwa pencatatan transaksi telah dilakukan dengan benar.

Neraca saldo merupakan alat penting untuk mendeteksi kesalahan dalam pencatatan transaksi sebelum laporan keuangan disusun. Jika terdapat ketidakseimbangan antara debit dan kredit, perusahaan perlu melakukan pengecekan ulang untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan tersebut (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2019).

4. Mengumpulkan Data untuk Membuat Jurnal Penyesuaian

Pada akhir periode akuntansi, beberapa transaksi mungkin belum tercatat atau perlu disesuaikan agar mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Misalnya, beban yang masih harus dibayar atau pendapatan yang belum diterima. Data ini dikumpulkan untuk membuat jurnal penyesuaian.

Jurnal penyesuaian dibuat untuk menyesuaikan saldo-saldo akun agar sesuai dengan keadaan sebenarnya pada akhir periode. Menurut Horngren, Harrison, dan Oliver (2012), jurnal penyesuaian memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan prinsip akrual, di mana pendapatan dan beban diakui pada saat terjadinya, bukan saat kas diterima atau dibayarkan.

5. Membuat dan Menyusun Neraca Lajur (Kertas Kerja)

Neraca lajur, atau kertas kerja, adalah alat bantu yang digunakan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan. Neraca lajur dimulai dengan data dari neraca saldo dan disesuaikan dengan data dari jurnal penyesuaian. Saldo yang sudah disesuaikan kemudian dipindahkan ke kolom neraca saldo yang telah disesuaikan.

Neraca lajur membantu memisahkan jumlah-jumlah yang akan dilaporkan dalam neraca dan laporan laba rugi. Dengan menggunakan neraca lajur, proses penyusunan laporan keuangan menjadi lebih terstruktur dan efisien (Brigham dan Houston, 2015).

6. Membuat Laporan Keuangan

Setelah neraca lajur selesai disusun, langkah berikutnya adalah membuat laporan keuangan. Laporan keuangan utama terdiri dari laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal, dan neraca. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan dan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Pendapat dari Harahap (2010), laporan keuangan yang disusun dengan benar akan memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi keuangan perusahaan, termasuk profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas.

7. Membuat Jurnal Penutupan

Setelah laporan keuangan selesai disusun, langkah selanjutnya adalah membuat jurnal penutupan. Jurnal penutupan digunakan untuk menutup rekening-rekening nominal atau sementara, seperti pendapatan dan beban, dan memindahkan saldo laba rugi ke rekening laba ditahan. Jurnal penutupan memastikan bahwa rekening-rekening nominal siap digunakan untuk periode akuntansi berikutnya (Warren, Reeve, dan Duchac, 2016).

8. Membuat Neraca Saldo Setelah Penutupan

Langkah terakhir adalah membuat neraca saldo setelah penutupan. Neraca saldo ini berisi rekening-rekening riil yang masih terbuka setelah proses penutupan, seperti aset, liabilitas, dan ekuitas. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2019), neraca saldo setelah penutupan digunakan untuk memastikan bahwa semua rekening nominal telah ditutup dan rekening riil telah disesuaikan dengan benar.

Penutup

Laporan keuangan perusahaan adalah alat yang sangat penting untuk mengelola dan mengembangkan bisnis. Dengan memahami jenis-jenis laporan keuangan dan cara menyusunnya, kamu bisa mengambil keputusan yang lebih tepat, mengevaluasi kinerja perusahaan, dan memenuhi kewajiban hukum dan perpajakan.

Meskipun menyusun laporan keuangan mungkin terlihat rumit, proses ini sebenarnya bisa dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Yang terpenting adalah memastikan bahwa semua transaksi dicatat dengan akurat dan detail. Dengan laporan keuangan yang akurat, dapat memastikan bahwa bisnis berjalan dengan lancar dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Baca juga:

Referensi

  • Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2020). Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Salemba Empat.
  • Harahap, S. S. (2010). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2015). Fundamentals of Financial Management. Boston: Cengage Learning.
  • Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
  • Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
  • Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2019). Intermediate Accounting: IFRS Edition. Hoboken: Wiley.
  • Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2015). Fundamentals of Financial Management. Boston: Cengage Learning.
  • Horngren, C. T., Harrison, W. T., & Oliver, M. S. (2012). Financial Accounting. Boston: Pearson.
Scroll to Top