Content Marketing Adalah: Pengertian, Jenis, Skill, dan Manfaat

Content Marketing Adalah

Content Marketing Adalah – Di era digital seperti sekarang, siapa pun bisa dengan mudah mengakses informasi dalam hitungan detik. Tapi di tengah banjirnya konten setiap hari, bagaimana caranya agar brand bisa mencuri perhatian? Jawabannya adalah content marketing.

Bukan sekadar “bikin konten lalu posting”, content marketing adalah seni menyampaikan pesan bisnis dengan cara yang bernilai, relevan, dan yang paling penting, bermanfaat bagi audiens. Kalau dilakukan dengan benar, strategi ini bukan cuma bikin brand kamu dikenal, tapi juga bikin pelanggan setia datang dengan sendirinya.

Pengertian Content Marketing

Content marketing adalah pendekatan pemasaran strategis yang menekankan pada penciptaan serta pendistribusian konten yang relevan, konsisten, dan bernilai tinggi dengan tujuan menarik dan mempertahankan audiens yang jelas sasaran, serta pada akhirnya mendorong tindakan konsumen yang menguntungkan. Dalam praktiknya, content marketing tidak hanya bertujuan untuk mempromosikan produk secara langsung, melainkan lebih menekankan pada penyediaan informasi atau hiburan yang membantu audiens menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, pendekatan ini membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen dalam jangka panjang, dibandingkan sekadar mendorong pembelian sesaat (Pulizzi, 2014).

Perbedaan mendasar antara content marketing dan pemasaran tradisional terletak pada gaya komunikasi dan orientasi tujuannya. Pemasaran tradisional biasanya menggunakan pendekatan langsung yang menekankan keunggulan produk atau jasa yang ditawarkan, seperti slogan “Belilah produk kami karena kami yang terbaik.” Pendekatan ini cenderung bersifat push marketing, di mana pesan promosi didorong secara aktif ke konsumen melalui iklan televisi, baliho, atau media cetak. Sebaliknya, content marketing bersifat pull marketing, yaitu menarik konsumen melalui konten yang memberikan nilai terlebih dahulu. Contohnya adalah pernyataan, “Ini solusi untuk masalah Anda… dan kebetulan, kami punya produk yang bisa membantu.” Strategi ini lebih halus dan berorientasi pada membangun hubungan jangka panjang berdasarkan kepercayaan (Lieb, 2011).

Contoh nyata dari penerapan content marketing dapat dilihat pada blog “Tokopedia Tips” milik Tokopedia, yang secara rutin membagikan panduan terkait pengelolaan bisnis, strategi keuangan, hingga cara memaksimalkan fitur-fitur dalam platform Tokopedia. Blog ini tidak hanya memberikan edukasi kepada para pelaku usaha kecil dan menengah, tetapi juga memperkuat posisi Tokopedia sebagai brand yang peduli terhadap perkembangan mitranya. Di sisi lain, Samsung Indonesia mengoptimalkan platform YouTube untuk membagikan berbagai konten kreatif, termasuk tutorial penggunaan produk, ide fotografi dengan smartphone, serta video inspiratif yang menggambarkan bagaimana teknologi mereka dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Dengan strategi ini, Samsung tidak hanya menjual produk, tetapi juga membangun ekosistem konten yang mengedukasi dan menginspirasi pengguna.

Apa yang Dikerjakan Seorang Content Marketer?

Seorang content marketer bertanggung jawab untuk merencanakan, membuat, dan menyebarkan konten yang selaras dengan tujuan bisnis. Tugasnya meliputi:

1. Riset Konten

Langkah pertama dalam pekerjaan content marketer adalah melakukan riset konten, yang mencakup analisis mendalam terhadap kebutuhan dan perilaku audiens, tren yang sedang berkembang dalam industri, serta strategi konten dari para pesaing. Melalui riset ini, content marketer dapat menentukan topik-topik yang tidak hanya relevan tetapi juga memiliki potensi untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi oleh target pasar. Pemahaman terhadap audiens inilah yang menjadi fondasi dari konten yang efektif dan berdampak.

2. Perencanaan Strategi

Setelah riset dilakukan, tahap selanjutnya adalah perencanaan strategi konten, termasuk menyusun kalender editorial atau content calendar yang berfungsi untuk menjaga konsistensi dalam publikasi konten. Kalender ini mencakup jadwal pembuatan dan distribusi konten, jenis konten yang akan diproduksi, serta tema atau kampanye tertentu yang ingin ditekankan pada periode waktu tertentu. Selain itu, content marketer juga menentukan saluran distribusi yang paling sesuai, seperti blog perusahaan, media sosial (Instagram, LinkedIn, TikTok), email marketing, atau bahkan platform video seperti YouTube, tergantung pada demografi dan kebiasaan konsumsi informasi dari audiens yang dituju.

3. Pembuatan Konten

Dalam proses pembuatan konten, content marketer harus mampu menulis artikel blog yang informatif, menyusun naskah (script) video yang menarik, menciptakan copywriting untuk iklan yang persuasif, dan menyiapkan konten-konten media sosial yang kreatif dan engaging. Selain itu, mereka juga dituntut untuk mampu menciptakan konten dalam berbagai format seperti infografik, podcast, e-book, whitepaper, hingga webinar. Keberagaman format ini penting untuk menjangkau audiens dengan preferensi konsumsi konten yang berbeda-beda.

4. Optimasi SEO

Tidak kalah penting adalah aspek optimasi SEO (Search Engine Optimization). Konten yang baik tidak hanya harus menarik secara isi, tetapi juga harus mudah ditemukan oleh mesin pencari seperti Google. Oleh karena itu, content marketer harus memahami dasar-dasar SEO, seperti penggunaan kata kunci yang relevan, penulisan meta deskripsi yang menarik, struktur heading yang baik, dan penggunaan tautan internal maupun eksternal. Tujuan utama dari optimasi SEO adalah untuk meningkatkan visibilitas konten secara organik dan menarik trafik berkualitas ke platform yang dimiliki perusahaan (Chaffey & Ellis-Chadwick, 2019).

5. Analisis Kinerja

Setelah konten dipublikasikan, analisis kinerja menjadi aspek krusial. Content marketer perlu memantau berbagai metrik seperti jumlah pengunjung (traffic), tingkat keterlibatan (engagement), rasio konversi (conversion rate), dan waktu yang dihabiskan audiens di halaman konten. Dengan menggunakan alat analitik seperti Google Analytics, Search Console, atau data insight dari media sosial, mereka dapat mengevaluasi efektivitas konten dan menyesuaikan strategi ke depannya agar lebih tepat sasaran dan efisien dalam mencapai tujuan bisnis.

6. Kolaborasi

Pekerjaan content marketer sangat mengandalkan kolaborasi lintas fungsi. Mereka harus bekerja sama dengan tim desain grafis untuk visualisasi konten, spesialis SEO untuk strategi optimasi teknis, serta influencer atau key opinion leader (KOL) untuk memperluas jangkauan distribusi. Kolaborasi ini memperkuat eksekusi konten secara menyeluruh, dari segi kualitas, jangkauan, hingga performa.

Jenis Content Marketing

Content marketing hadir dalam beragam jenis, yang masing-masing memiliki karakteristik, kelebihan, serta peran spesifik dalam strategi pemasaran digital. Pemilihan bentuk konten yang tepat sangat dipengaruhi oleh tujuan bisnis, karakteristik target audiens, serta platform distribusi yang digunakan. Dalam praktiknya, content marketer perlu memahami keunikan dari tiap bentuk konten ini agar dapat menyampaikan pesan secara efektif dan membangun koneksi yang kuat dengan audiens. Berikut ini jenis-jenis conten marketing:

1. Blog/Artikel 

Salah satu bentuk content marketing yang paling umum dan klasik adalah blog atau artikel, yang biasanya diterbitkan di situs web resmi perusahaan. Konten tertulis ini bertujuan untuk mengedukasi audiens mengenai topik tertentu yang relevan dengan produk atau layanan yang ditawarkan. Artikel blog yang baik dapat membantu meningkatkan kredibilitas brand, menjawab pertanyaan pengguna, serta mendongkrak posisi di hasil pencarian Google melalui optimasi SEO. Konten jenis ini juga efektif dalam menarik trafik organik jangka panjang dan memperkuat otoritas di bidang industri tertentu.

2. Video 

Bentuk lain yang sangat populer dan memiliki daya tarik visual tinggi adalah video. Konten video digunakan di berbagai platform seperti YouTube, TikTok, Instagram Reels, dan Facebook Watch. Video memungkinkan brand menyampaikan informasi secara singkat namun menarik, memadukan elemen visual, audio, dan narasi. Video edukasi, tutorial produk, testimoni pelanggan, hingga konten hiburan adalah beberapa contoh strategi video yang efektif. Karena sifatnya yang interaktif dan mudah dicerna, video memiliki tingkat engagement yang tinggi dan seringkali menjadi konten yang paling banyak dibagikan.

3. Infografik 

Ada infografik, yaitu penyajian informasi atau data yang kompleks dalam format visual yang menarik dan mudah dipahami. Infografik sangat berguna untuk menjelaskan statistik, proses, atau perbandingan dalam waktu singkat. Konten ini cocok untuk dibagikan di media sosial atau disisipkan dalam artikel blog untuk memperkaya pengalaman pembaca. Infografik yang informatif dan estetis dapat meningkatkan daya tarik visual konten sekaligus memperkuat brand awareness .

4. Podcast 

Untuk menjangkau audiens yang lebih personal dan sering mengonsumsi konten saat multitasking, seperti saat berkendara atau berolahraga, podcast menjadi solusi yang sangat relevan. Podcast adalah bentuk konten audio yang biasanya disajikan dalam bentuk diskusi, wawancara, atau monolog, membahas topik-topik mendalam seputar industri, pengalaman pribadi, atau edukasi. Konten ini membangun hubungan emosional yang lebih kuat karena cara penyampaiannya yang terasa lebih intim dan bersifat on-demand.

5. E-book/Whitepaper

Bentuk konten yang lebih mendalam seperti e-book dan whitepaper ditujukan untuk tujuan lead generation dan edukasi mendalam. E-book adalah buku elektronik yang membahas topik tertentu secara menyeluruh, sementara whitepaper biasanya berisi data, analisis, dan solusi bisnis berbasis penelitian. Konten ini biasanya diunduh oleh audiens dengan menukar data pribadi mereka (seperti alamat email), sehingga menjadi alat penting untuk membangun database prospek yang berkualitas.

6. Media Sosial 

Media sosial menjadi platform distribusi sekaligus bentuk konten tersendiri. Postingan berupa teks, gambar, cerita (story), reel, carousel, dan live video digunakan untuk membangun interaksi langsung dengan audiens. Setiap platform memiliki karakteristik unik: Instagram fokus pada visual, LinkedIn cocok untuk konten profesional, Twitter (sekarang X) kuat dalam berita singkat, sedangkan Facebook menonjolkan komunitas. Konten media sosial memungkinkan brand untuk tampil lebih humanis, merespons secara real-time, dan memperkuat kedekatan emosional dengan audiens.

Skill yang Dibutuhkan

Beberapa skill yang dibutuhkan menjadi seorang content marketing diantaranya.

1. Kemampuan Menulis

Menulis adalah fondasi utama dalam pekerjaan sebagai content writer. Skill ini mencakup kemampuan menyusun kalimat yang jelas, mudah dipahami, dan persuasif sesuai dengan tujuan komunikasi. Penulis konten harus mampu menyesuaikan gaya bahasa dengan audiens yang ditargetkan baik formal, santai, edukatif, maupun promosi. Selain itu, penguasaan tata bahasa, ejaan, dan struktur paragraf yang baik menjadi keharusan untuk menjaga kredibilitas konten.

2. SEO & Analytics

Tidak cukup hanya membuat konten yang bagus; konten tersebut juga harus ditemukan oleh audiens di mesin pencari seperti Google. Oleh karena itu, pemahaman tentang SEO (Search Engine Optimization) menjadi penting. Ini termasuk riset kata kunci, penggunaan meta tags, struktur heading, dan internal linking. Selain itu, kemampuan membaca data dari tools seperti Google Analytics, SEMrush, atau Ahrefs membantu dalam mengevaluasi performa konten dan mengambil keputusan strategis untuk perbaikan di masa depan.

3. Kreativitas

Dalam dunia digital yang penuh persaingan, konten harus mampu mencuri perhatian. Kreativitas membantu seorang content writer menghasilkan ide-ide segar, menemukan sudut pandang baru dalam membahas topik, dan menciptakan judul serta visual yang menarik. Kreativitas juga berperan dalam memilih format konten, apakah itu artikel blog, infografis, video script, atau caption media sosial—untuk menyampaikan pesan dengan cara yang paling efektif.

4. Storytelling

Konten yang kuat tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menghubungkan secara emosional dengan audiens. Storytelling memungkinkan penulis menyusun narasi yang relevan dan menyentuh, membuat pembaca merasa terlibat, dan pada akhirnya mendorong tindakan seperti klik, share, atau pembelian. Skill ini sangat penting dalam membangun brand identity dan menciptakan loyalitas audiens.

5. Manajemen Proyek

Menjadi content writer sering kali berarti bekerja dengan berbagai pihak: editor, desainer grafis, tim SEO, hingga klien. Maka dari itu, keterampilan manajemen proyek sangat dibutuhkan. Ini meliputi kemampuan mengatur waktu, menetapkan prioritas, mengelola deadline, serta berkomunikasi secara efektif dengan tim. Dengan manajemen proyek yang baik, konten dapat diproduksi secara konsisten dan sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan.

Manfaat Content Marketing

Content marketing telah menjadi strategi utama dalam dunia pemasaran digital karena kemampuannya membangun hubungan yang kuat antara brand dan audiens. Tidak seperti iklan tradisional yang berfokus pada penjualan instan, content marketing bertujuan menciptakan nilai jangka panjang melalui konten yang relevan, bermanfaat, dan menarik. Berbagai manfaat signifikan bisa diperoleh brand dari pendekatan ini, baik dari segi visibilitas, kredibilitas, hingga konversi pelanggan.

1. Meningkatkan Brand Awareness

Dengan menyajikan konten secara konsisten di berbagai platform digital seperti blog, media sosial, atau YouTube, brand dapat menjangkau lebih banyak audiens dan menanamkan eksistensinya dalam benak publik. Misalnya, konten edukatif atau hiburan yang viral dapat memperluas jangkauan brand secara organik tanpa harus mengandalkan biaya iklan besar. Ketika audiens sering menemukan konten dari satu brand dalam berbagai konteks, maka nama brand tersebut akan lebih mudah dikenali dan diingat (Pulizzi, 2014).

2. Membangun Kepercayaan Audiens

Content marketing berperan penting dalam membangun kepercayaan audiens. Konten yang informatif dan otentik memperlihatkan bahwa brand tidak semata-mata berjualan, tetapi juga peduli pada kebutuhan, permasalahan, dan aspirasi konsumennya. Sebagai contoh, artikel blog yang membahas solusi atas masalah umum yang dihadapi pelanggan akan memperkuat posisi brand sebagai sumber informasi tepercaya. Kepercayaan ini merupakan pondasi dalam proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen (Baltes, 2015).

3. Mendatangkan traffic organik

Content marketing juga terbukti efektif dalam mendatangkan traffic organik ke situs web. Dengan mengoptimalkan konten melalui praktik SEO (Search Engine Optimization), brand dapat meningkatkan visibilitasnya di mesin pencari seperti Google. Konten yang menggunakan kata kunci relevan, struktur yang baik, dan nilai informatif yang tinggi berpeluang besar untuk menempati posisi atas dalam hasil pencarian. Hal ini berarti lebih banyak pengunjung potensial yang datang tanpa biaya iklan, menjadikan content marketing sebagai investasi jangka panjang yang menguntungkan (Patrutiu-Baltes, 2016).

Manfaat berikutnya adalah kemampuannya dalam mendukung strategi pemasaran jangka panjang. Tidak seperti iklan berbayar yang akan berhenti memberikan hasil begitu kampanye berakhir, konten berkualitas yang dipublikasikan hari ini masih bisa mendatangkan manfaat dalam bulan bahkan tahun mendatang. Inilah yang disebut sebagai efek “compound” dalam content marketing: satu konten bisa terus memberikan ROI (Return on Investment) seiring waktu. Konten semacam ini juga dapat digunakan kembali (repurposing) untuk berbagai format dan saluran, menjadikannya efisien dan ekonomis (Chaffey & Ellis-Chadwick, 2019).

Contoh Content Marketing yang Sukses

Content marketing yang efektif tidak hanya sekadar membuat konten, tetapi juga menciptakan nilai yang membuat audiens ingin terus terlibat. Beberapa brand besar dunia telah membuktikan keberhasilan strategi ini dengan cara yang unik dan kreatif. Berikut adalah tiga contoh nyata dari implementasi content marketing yang sukses dan dampaknya terhadap brand:

1. Ahrefs

Ahrefs, salah satu alat SEO terkemuka di dunia, membangun reputasinya bukan hanya melalui fitur alatnya, tetapi juga lewat konten edukatif yang sangat mendalam. Mereka secara konsisten menerbitkan artikel di blog resminya yang membahas berbagai topik seputar optimasi mesin pencari, link building, keyword research, dan strategi digital marketing lainnya. Kontennya tidak hanya relevan, tetapi juga praktis dan ditulis oleh para ahli industri. Ini menjadikan Ahrefs sebagai sumber belajar terpercaya, bahkan bagi pengguna yang belum menjadi pelanggan. Strategi ini berhasil menarik traffic organik yang sangat besar ke situs mereka dan memperkuat posisi mereka sebagai thought leader dalam industri SEO (Fishkin, 2020). Menurut data dari SimilarWeb dan laporan internal mereka, blog Ahrefs menghasilkan jutaan kunjungan setiap bulan hanya dari pencarian organik menunjukkan kekuatan konten dalam menarik dan mengedukasi pasar.

2. GoPro

GoPro memanfaatkan strategi user-generated content (UGC) dengan luar biasa. Mereka mendorong pengguna untuk membagikan video aksi atau momen epik mereka yang direkam menggunakan kamera GoPro di media sosial, lengkap dengan tagar seperti #GoPro atau #GoProAwards. Strategi ini tidak hanya menghemat biaya produksi konten, tetapi juga membangun komunitas dan menciptakan konten yang otentik dan menarik secara emosional. Karena kontennya berasal langsung dari pengguna, audiens lebih mudah percaya dan merasa terhubung dengan brand. Ribuan video yang diunggah setiap tahun menjadi media promosi gratis dan efektif, memperkuat posisi GoPro sebagai brand yang mendukung gaya hidup aktif dan petualangan (Lieb, 2011).

3. Duolingo

Duolingo, aplikasi pembelajaran bahasa, menunjukkan pendekatan yang unik dengan memanfaatkan platform sosial seperti TikTok dan Twitter. Mereka tidak sekadar mempromosikan fitur aplikasi, tetapi menciptakan persona lucu dan relatable dari maskot mereka, si burung hijau “Duo.” Melalui video singkat yang menyentuh kehidupan sehari-hari, humor, dan tren internet, mereka berhasil membangun ikatan emosional dengan audiens muda. Hasilnya, konten mereka sering kali menjadi viral, menciptakan percakapan luas dan meningkatkan awareness terhadap aplikasi mereka tanpa harus berinvestasi besar dalam iklan konvensional. Ini adalah contoh content marketing yang menggabungkan kreativitas, konsistensi brand voice, dan pemahaman mendalam terhadap platform yang digunakan (Pulizzi, 2014).

Masa Depan Content Marketing

Content marketing terus berkembang mengikuti perubahan teknologi, perilaku konsumen, dan tren digital. Di masa depan, strategi pemasaran konten akan semakin bergeser ke arah yang lebih personal, interaktif, dan berbasis teknologi. Tiga tren utama yang diprediksi akan mendominasi lanskap content marketing adalah integrasi kecerdasan buatan (AI) untuk personalisasi, dominasi konten video pendek, dan optimasi untuk pencarian suara (voice search). Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Kecerdasan Buatan (AI) dan Personalisasi Konten

Salah satu arah masa depan content marketing adalah penggunaan AI untuk menyusun dan mendistribusikan konten yang dipersonalisasi secara real-time. Dengan bantuan machine learning dan analitik data besar, brand dapat memahami perilaku pengguna secara lebih mendalam, mulai dari minat, waktu interaksi, hingga preferensi gaya bahasa. Hal ini memungkinkan pembuatan konten yang benar-benar relevan untuk setiap individu, bukan hanya berdasarkan segmen pasar umum.

Menurut laporan dari Content Marketing Institute, personalisasi yang didukung oleh AI terbukti meningkatkan engagement dan konversi, karena audiens merasa konten yang mereka terima lebih sesuai dengan kebutuhan mereka (Content Marketing Institute, 2023). Misalnya, Netflix menggunakan algoritma berbasis AI untuk merekomendasikan konten yang disesuaikan dengan riwayat tontonan pengguna, yang meningkatkan durasi keterlibatan dan loyalitas pengguna terhadap platform.

2. Dominasi Konten Video Pendek (Short-form Video)

Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts telah merevolusi cara audiens mengonsumsi konten. Video pendek terbukti lebih menarik dan mudah dikonsumsi dalam waktu singkat, menjadikannya alat yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan brand dengan cepat dan menarik.

Data dari HubSpot (2023) menunjukkan bahwa 90% pemasar yang menggunakan video pendek sebagai bagian dari strategi konten mereka mengalami peningkatan ROI. Format ini sangat cocok untuk menyampaikan tutorial cepat, hiburan ringan, hingga promosi produk dalam bentuk storytelling visual yang menarik. Oleh karena itu, brand di masa depan harus mempertimbangkan untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya dalam produksi video pendek yang kreatif dan relevan dengan audiens.

3. Optimasi untuk Pencarian Suara (Voice Search Optimization)

Seiring dengan meningkatnya penggunaan perangkat asisten suara seperti Google Assistant, Siri, dan Alexa, optimasi konten untuk voice search menjadi sangat penting. Pengguna kini semakin sering mengajukan pertanyaan secara verbal, seperti “Hey Google, cara membuat roti pisang” atau “Siri, toko kopi terdekat dari sini.”

Hal ini menuntut perubahan dalam strategi SEO. Konten tidak lagi hanya berfokus pada keyword pendek, tetapi harus mengakomodasi pertanyaan panjang dan natural language queries. Menurut riset dari PwC (2018), 71% pengguna lebih memilih menggunakan suara untuk mencari informasi dibandingkan mengetik, terutama saat multitasking. Maka dari itu, brand perlu memastikan bahwa struktur konten mereka mudah dipahami oleh algoritma pencarian suara dan disusun dalam format tanya jawab, daftar, atau paragraf yang padat namun informatif.

Ketiga tren ini—AI & personalisasi, video pendek, dan voice search—akan menjadi landasan penting dalam menyusun strategi content marketing ke depan. Bisnis yang mampu beradaptasi dengan cepat dan memanfaatkan teknologi akan lebih mampu membangun hubungan yang bermakna dengan audiens, serta memenangkan persaingan di era digital yang semakin kompetitif.

Penutup

Content marketing bukan sekadar “membuat konten”, tetapi tentang menyampaikan nilai yang relevan untuk audiens. Jika ingin berkarier di bidang ini, kuasai skill menulis, SEO, analisis data, dan kreativitas!

Untuk memulai, coba buat konten sederhana di blog/media sosial, lalu pelajari respons audiens. Semakin sering praktik, semakin tajam instingmu dalam content marketing. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Baca juga:

Referensi

  1. Fishkin, R. (2020). Lost and Founder: A Painfully Honest Field Guide to the Startup World. Portfolio.
  2. Lieb, R. (2011). Content Marketing: Think Like a Publisher – How to Use Content to Market Online and in Social Media. Que Publishing.
  3. Pulizzi, J. (2014). Epic Content Marketing: How to Tell a Different Story, Break Through the Clutter, and Win More Customers by Marketing Less. McGraw-Hill Education.
  4. Chaffey, D., & Ellis-Chadwick, F. (2019). Digital Marketing (7th ed.). Pearson Education.
  5. Content Marketing Institute. (2023). 2023 B2B Content Marketing Benchmarks, Budgets, and Trends. Retrieved from https://contentmarketinginstitute.com
  6. HubSpot. (2023). The State of Video Marketing in 2023. Retrieved from https://blog.hubspot.com/marketing/video-marketing-statistics
  7. PwC. (2018). Consumer Intelligence Series: Prepare for the voice revolution. Retrieved from https://www.pwc.com/us/en/services/consulting/library/consumer-intelligence-series/voice-assistants.html
        Scroll to Top