Gross Profit Margin Adalah: Pengertian, Fungsi, dan Rumus

Gross Profit Margin Adalah

Gross Profit Margin adalah – Dalam dunia bisnis, memahami kinerja keuangan perusahaan adalah kunci untuk mengambil keputusan strategis yang tepat. Salah satu metrik keuangan yang paling penting untuk dievaluasi adalah Gross Profit Margin (GPM) atau margin laba kotor. GPM tidak hanya membantu perusahaan mengukur efisiensi produksi, tetapi juga memberikan gambaran tentang kesehatan keuangan secara keseluruhan.

Apa Itu Gross Profit Margin?

Gross Profit Margin (GPM) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur persentase laba kotor yang dihasilkan dari penjualan setelah dikurangi biaya produksi langsung, atau yang dikenal sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP). GPM dinyatakan dalam bentuk persentase dan menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola biaya produksi untuk menghasilkan laba.

Menurut Brigham dan Houston (2021), Gross Profit Margin adalah indikator utama yang digunakan oleh manajer keuangan untuk mengevaluasi efisiensi operasional perusahaan. Rasio ini membantu mengidentifikasi seberapa baik perusahaan mengontrol biaya produksi dan menghasilkan laba dari penjualan produk atau jasa.

Fungsi Gross Profit Margin

Gross Profit Margin memiliki peran yang sangat penting dalam analisis keuangan perusahaan. Berikut adalah beberapa fungsi utama GPM:

1. Mengukur Efisiensi Produksi

Gross Profit Margin berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi seberapa efisien perusahaan dalam mengelola biaya produksi. Dengan membandingkan laba kotor terhadap total penjualan, GPM menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan setelah dikurangi biaya langsung seperti bahan baku dan tenaga kerja. Semakin tinggi nilai GPM, semakin efisien perusahaan dalam mengoptimalkan biaya produksi dan menghasilkan laba dari penjualan. Sebaliknya, GPM yang rendah dapat mengindikasikan adanya inefisiensi dalam proses produksi atau manajemen biaya yang kurang optimal. Dengan memahami GPM, perusahaan dapat mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan efisiensi operasional.

2. Evaluasi Kinerja Keuangan

GPM juga berperan sebagai cerminan kesehatan keuangan perusahaan. Rasio ini membantu manajemen memahami apakah perusahaan mampu menghasilkan laba yang cukup untuk menutupi biaya operasional dan menghasilkan keuntungan. Misalnya, jika GPM konsisten tinggi, ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola biaya produksi dan menghasilkan laba yang sehat. Di sisi lain, GPM yang rendah atau menurun dari waktu ke waktu dapat menjadi tanda peringatan bahwa perusahaan perlu mengevaluasi strategi produksi, penetapan harga, atau manajemen biaya. Dengan memantau GPM secara berkala, perusahaan dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga stabilitas keuangan.

3. Pembanding dengan Kompetitor

Salah satu keunggulan GPM adalah kemampuannya untuk digunakan sebagai alat pembanding kinerja perusahaan dengan pesaing dalam industri yang sama. Dengan menganalisis GPM perusahaan sendiri dan membandingkannya dengan rata-rata industri, perusahaan dapat memahami posisi mereka di pasar. Misalnya, jika GPM perusahaan lebih rendah daripada kompetitor, ini bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan perlu meningkatkan efisiensi produksi atau mengevaluasi strategi penetapan harga. Sebaliknya, GPM yang lebih tinggi daripada rata-rata industri menunjukkan bahwa perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dalam mengelola biaya produksi. Dengan demikian, GPM menjadi alat yang sangat berguna untuk benchmarking dan pengambilan keputusan strategis.

4. Dasar Pengambilan Keputusan

Gross Profit Margin juga berfungsi sebagai dasar penting dalam pengambilan keputusan bisnis. Dengan memahami GPM, perusahaan dapat menentukan strategi penetapan harga yang optimal, mengendalikan biaya produksi, dan meningkatkan efisiensi operasional. Misalnya, jika GPM rendah, perusahaan mungkin perlu mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual atau mencari cara untuk mengurangi biaya produksi. Di sisi lain, GPM yang tinggi dapat memberikan ruang bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam inovasi produk atau ekspansi bisnis. Dengan kata lain, GPM tidak hanya menjadi alat evaluasi, tetapi juga panduan untuk merancang strategi bisnis yang lebih efektif.

5. Menarik Investor

Bagi investor, Gross Profit Margin adalah salah satu metrik kunci yang digunakan untuk menilai potensi keuntungan dari suatu investasi. GPM yang tinggi sering dianggap sebagai indikator kinerja keuangan yang baik, karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang signifikan dari penjualan produk atau jasa. Investor cenderung lebih tertarik pada perusahaan dengan GPM yang stabil atau meningkat, karena ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya dan menghasilkan keuntungan. Selain itu, GPM yang tinggi juga menunjukkan bahwa perusahaan memiliki daya saing yang kuat di pasar, sehingga lebih mampu bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit. Dengan demikian, GPM tidak hanya penting bagi manajemen internal, tetapi juga menjadi faktor penentu dalam menarik minat investor.

6. Identifikasi Tren dan Potensi Masalah

GPM juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tren dan potensi masalah dalam operasional bisnis. Misalnya, jika GPM perusahaan menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, ini bisa menjadi tanda bahwa biaya produksi meningkat atau harga jual tidak mampu menutupi biaya tersebut. Di sisi lain, peningkatan GPM yang signifikan dapat mengindikasikan bahwa perusahaan berhasil mengoptimalkan proses produksi atau meningkatkan harga jual. Dengan memantau tren GPM, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah korektif sebelum masalah keuangan menjadi lebih serius.

7. Meningkatkan Arus Kas

GPM yang tinggi juga berkontribusi pada peningkatan arus kas perusahaan. Ketika perusahaan mampu menghasilkan laba kotor yang besar dari penjualan, ini berarti lebih banyak dana yang tersedia untuk menutupi biaya operasional, membayar utang, atau diinvestasikan kembali ke dalam bisnis. Dengan kata lain, GPM yang sehat tidak hanya meningkatkan profitabilitas, tetapi juga memperkuat posisi keuangan perusahaan dalam jangka panjang.

Rumus Gross Profit Margin

Rumus untuk menghitung Gross Profit Margin adalah sebagai berikut:

Gross Profit Margin (GPM)=(Penjualan Bersih−HPP / Penjualan Bersih) ×100%

Keterangan:

  • Penjualan Bersih: Total pendapatan dari penjualan setelah dikurangi retur, diskon, dan tunjangan.
  • HPP (Harga Pokok Penjualan): Biaya langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa.

Contoh Perhitungan Gross Profit Margin

Misalnya, PT. Bams memiliki data keuangan sebagai berikut:

  • Penjualan Bersih: Rp 2.500.000.000
  • HPP: Rp 550.000.000

Tahap 1: Menghitung Laba Kotor (Gross Profit)

Laba Kotor = Penjualan Bersih − HPP = Rp2.500.000.000 − Rp550.000.000 = Rp1.950.000.000

Tahap 2: Menghitung Gross Profit Margin (GPM)

GPM = (Rp1.950.000.000 / Rp2.500.000.000​) × 100% = 78%

Dari perhitungan di atas, GPM PT. Bams adalah 78%, yang menunjukkan efisiensi produksi yang baik.

Cara Kerja Gross Profit Margin

Gross Profit Margin bekerja dengan mengukur persentase laba kotor dari total penjualan. Laba kotor diperoleh dari total pendapatan dikurangi biaya produksi langsung (HPP). Semakin tinggi GPM, semakin efisien perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualan.

GPM juga membantu perusahaan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Misalnya, jika GPM rendah, perusahaan mungkin perlu mengevaluasi strategi penetapan harga atau mengontrol biaya produksi lebih efektif.

Nilai GPM yang dianggap baik dapat bervariasi tergantung pada industri. Namun, secara umum:

  • 5%: Dianggap rendah.
  • 10%: Dianggap baik.
  • Diatas 10%: Dianggap sangat baik, menunjukkan retensi laba yang tinggi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Damodaran (2020), nilai GPM yang ideal bervariasi tergantung pada karakteristik industri dan strategi bisnis perusahaan. Misalnya, perusahaan di industri teknologi mungkin memiliki GPM yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan di industri manufaktur.

Perbedaan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan Operating Profit Margin

AspekGross Profit Margin (GPM)Operating Profit Margin (OPM)Net Profit Margin (NPM)
FokusLaba kotor setelah HPPLaba operasi setelah biaya operasionalLaba bersih setelah semua biaya
Biaya yang DikurangiHarga Pokok Penjualan (HPP)Biaya operasional (pemasaran, administrasi, R&D)Semua biaya (operasional, bunga, pajak)
Tujuan AnalisisEfisiensi produksiEfisiensi operasionalProfitabilitas keseluruhan
Tingkat KomprehensifPaling dasarMenengahPaling komprehensif

Ketiga margin ini—Gross Profit Margin (GPM)Operating Profit Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM)—memiliki peran yang berbeda dalam analisis keuangan perusahaan. GPM fokus pada efisiensi produksi, OPM mengukur efisiensi operasional, dan NPM memberikan gambaran tentang profitabilitas keseluruhan setelah semua biaya dan kewajiban.

Dengan memahami perbedaan dan fungsi masing-masing margin, perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih tepat untuk meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan biaya, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Investor dan analis keuangan juga dapat menggunakan ketiga margin ini untuk menilai kesehatan finansial perusahaan secara holistik.

Penutup

Dengan demikian, GPM bukan hanya sekadar angka dalam laporan keuangan, tetapi juga cerminan dari strategi dan operasional perusahaan. Memahami GPM dengan baik akan membantu perusahaan mencapai tujuan keuangan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Baca juga:

Referensi

  1. Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2021). Fundamentals of Financial Management. Cengage Learning.
  2. Damodaran, A. (2020). Corporate Finance: Theory and Practice. John Wiley & Sons.
Scroll to Top