Tujuan dan Jenis-Jenis Strategi Bisnis

Strategi Bisnis

Strategi bisnis yang matang bukan lagi sekadar pilihan melainkan sebuah keharusan dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif. Tanpa rencana yang jelas, bisnis bisa terjebak dalam rutinitas operasional tanpa arah, sulit berkembang, atau bahkan tersingkir oleh pesaing. Tapi apa sebenarnya strategi bisnis itu? Apa tujuan dan bagaimana cara merancangnya? Dan mengapa hal ini begitu krusial bagi kelangsungan usaha?

Pengertian Strategi Bisnis Menurut Para Ahli

Strategi bisnis dapat didefinisikan sebagai seperangkat kebijakan, langkah, dan pendekatan terpadu yang dirancang secara sistematis untuk membantu perusahaan mencapai visi dan tujuan jangka panjangnya. Lebih dari sekadar dokumen formal, strategi bisnis merupakan fondasi arah organisasi dalam merespons persaingan pasar, mengidentifikasi peluang pertumbuhan, serta membangun ketahanan terhadap dinamika eksternal (Barney & Hesterly, 2019).

Untuk memvisualisasikannya, bayangkan proses mendaki gunung yang tinggi. Tanpa rencana yang jelas, perlengkapan yang tepat, dan pengetahuan tentang medan, pendaki bisa tersesat atau menyerah sebelum sampai ke puncak. Analogi ini sejalan dengan dunia bisnis—tanpa strategi yang jelas, perusahaan ibarat berjalan dalam kabut tanpa kompas. Mereka menjadi rentan terhadap ketidakpastian pasar, perubahan teknologi, dan pergeseran preferensi konsumen, sehingga kesulitan mencapai keunggulan kompetitif atau bahkan sekadar bertahan (Johnson, Scholes, & Whittington, 2020). Oleh karena itu, strategi bisnis menjadi instrumen vital yang menuntun perusahaan dalam mengambil keputusan yang tepat, mengalokasikan sumber daya secara efisien, serta menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan.

Tujuan Strategi Bisnis

Strategi bisnis memiliki peran yang sangat penting dalam keberlangsungan dan kesuksesan sebuah perusahaan karena menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan organisasi secara menyeluruh. Berikut ini penjelasan tujuan strategi bisnis:

1. Memberikan Arah yang Jelas

Salah satu fungsi utamanya adalah memberikan arah yang jelas bagi seluruh elemen dalam perusahaan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam berbagai aspek seperti pemasaran, produksi, hingga pengelolaan sumber daya manusia harus selaras dan konsisten dengan tujuan strategis jangka panjang perusahaan. Tanpa adanya strategi yang terstruktur, setiap divisi dalam perusahaan bisa berjalan sendiri-sendiri, tanpa koordinasi yang efektif, sehingga berisiko menyebabkan pemborosan sumber daya, konflik internal, bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan bersama.

2. Membantu Menghadapi Persaingan

Strategi bisnis juga menjadi alat penting dalam menghadapi persaingan pasar yang dinamis. Dunia bisnis terus mengalami perubahan akibat kemunculan pesaing baru, perkembangan teknologi, serta pergeseran preferensi konsumen. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan yang memiliki strategi yang baik akan lebih siap dalam mengantisipasi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut. Strategi yang tepat memungkinkan perusahaan untuk tetap kompetitif, menyesuaikan tawarannya dengan kebutuhan pasar, dan memanfaatkan peluang yang muncul sebelum pesaing melakukannya.

3. Mengoptimalkan Sumber Daya

Efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya juga merupakan alasan utama pentingnya strategi bisnis. Sumber daya seperti waktu, anggaran, dan tenaga kerja merupakan aset terbatas yang harus digunakan secara bijak. Dengan panduan strategi yang jelas, perusahaan dapat mengalokasikan sumber dayanya secara lebih terarah, menghindari pemborosan, serta meningkatkan produktivitas dan hasil akhir yang dicapai. Perencanaan strategis memungkinkan manajemen untuk menilai prioritas dan menentukan di mana dan bagaimana sumber daya harus difokuskan untuk mendapatkan hasil terbaik.

4. Mendorong Inovasi

Lebih jauh lagi, strategi bisnis juga menjadi motor penggerak inovasi dalam perusahaan. Di era yang penuh disrupsi, perusahaan yang terlalu bergantung pada cara lama berisiko ditinggalkan oleh pelanggan dan kehilangan relevansi di pasar. Strategi yang baik justru mendorong perusahaan untuk terus mencari cara baru dalam meningkatkan nilai produk dan layanan, serta mengembangkan model bisnis yang lebih adaptif dan responsif terhadap tren dan kebutuhan baru. Inovasi menjadi bagian dari proses strategis yang tidak hanya mempertahankan eksistensi perusahaan, tetapi juga memperluas pangsa pasar dan meningkatkan daya saing.

5. Mengurangi Risiko Kegagalan

Akhirnya, strategi bisnis berperan penting dalam mengurangi risiko kegagalan. Dengan menyusun strategi berdasarkan analisis internal dan eksternal yang komprehensif, perusahaan dapat mengenali potensi tantangan serta mempersiapkan langkah-langkah antisipatif sebelum masalah berkembang menjadi krisis. Melalui perencanaan strategis, risiko-risiko yang mungkin terjadi bisa dikelola lebih efektif, dan perusahaan memiliki kesiapan dalam menghadapi berbagai kemungkinan buruk, baik dari dalam maupun dari luar organisasi.

Komponen Utama dalam Strategi Bisnis

Sebuah strategi bisnis yang kokoh tidak hanya sekadar rangkaian langkah atau niat baik, tetapi merupakan kerangka terstruktur yang mencakup sejumlah elemen mendasar yang saling terhubung dan saling memperkuat. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai fondasi untuk merancang arah jangka panjang perusahaan dan memastikan bahwa seluruh keputusan serta aktivitas yang dilakukan senantiasa berada dalam koridor yang terarah.

1. Visi dan Misi

Visi menggambarkan cita-cita besar perusahaan, sebuah gambaran futuristik mengenai posisi yang ingin dicapai di masa depan. Sementara itu, misi merupakan pernyataan strategis mengenai bagaimana perusahaan akan mewujudkan visi tersebut dalam praktik sehari-hari. Misalnya, visi Amazon yang menyatakan ingin menjadi “perusahaan paling berorientasi pelanggan di dunia” menggambarkan arah jangka panjang yang ingin diraih.

Sedangkan Google memiliki misi “mengorganisir informasi dunia dan membuatnya dapat diakses serta bermanfaat bagi semua orang,” yang menjelaskan fokus dan langkah konkrit untuk mencapainya. Tanpa kejelasan visi dan misi, bisnis akan bergerak tanpa tujuan yang pasti, seperti kapal berlayar tanpa kompas, rawan tersesat di tengah ketidakpastian pasar.

2. Analisis SWOT

Selanjutnya, strategi bisnis yang efektif selalu diawali dengan analisis SWOT yang komprehensif. SWOT merupakan metode untuk mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan. Kekuatan (strengths) mencakup aset atau keunggulan internal yang bisa menjadi nilai jual utama, seperti teknologi canggih atau brand awareness yang kuat. Kelemahan (weaknesses) menunjukkan keterbatasan yang bisa menghambat pertumbuhan, misalnya kurangnya modal atau kelemahan dalam sistem manajemen.

Peluang (opportunities) merujuk pada kondisi eksternal yang bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhan, seperti tren pasar baru atau perubahan regulasi yang menguntungkan. Sementara ancaman (threats) adalah risiko eksternal yang perlu diantisipasi, seperti persaingan sengit atau ketidakstabilan ekonomi. Sebuah startup di bidang fintech, misalnya, mungkin unggul dalam inovasi teknologi namun lemah dalam kepatuhan terhadap regulasi. Di sisi lain, mereka bisa melihat peluang dalam meningkatnya adopsi pembayaran digital, meski harus mewaspadai potensi ancaman dari institusi keuangan konvensional yang mulai berinovasi.

3. Tujuan dan Key Performance Indicators (KPI)

Komponen penting lainnya adalah penetapan tujuan strategis dan indikator kinerja utama (Key Performance Indicators/KPI). Strategi tidak akan efektif tanpa sasaran yang jelas dan metrik untuk mengukur pencapaiannya. Tujuan strategis bisa berupa target peningkatan penjualan, ekspansi pasar, atau peningkatan loyalitas pelanggan.

KPI berfungsi sebagai alat ukur, seperti tingkat pertumbuhan bulanan, rasio konversi pelanggan, atau return on investment (ROI) dari kampanye pemasaran. Tanpa indikator yang jelas, perusahaan akan kesulitan mengevaluasi keberhasilan strategi yang diterapkan dan tidak memiliki acuan dalam melakukan perbaikan jika diperlukan.

4. Rencana Pemasaran

Rencana pemasaran juga merupakan bagian integral dari strategi bisnis. Perusahaan harus menetapkan pendekatan paling efektif untuk menjangkau pasar sasaran. Apakah akan mengandalkan pemasaran digital, promosi konvensional, kolaborasi dengan influencer, atau pendekatan berbasis komunitas? Strategi pemasaran yang kuat bukan hanya soal menjual produk, tetapi juga membangun citra merek yang melekat di benak konsumen. Nike, misalnya, sukses membangun identitas merek yang kuat melalui kampanye inspiratif seperti “Just Do It,” yang tidak hanya menjual sepatu tetapi juga semangat dan gaya hidup.

5. Rencana Operasional

Selain itu, strategi bisnis juga harus mencakup rencana operasional yang mendetail. Rencana ini mengatur berbagai proses inti, mulai dari produksi, distribusi, layanan pelanggan, hingga logistik. Tujuan utamanya adalah mencapai efisiensi operasional yang optimal. Semakin efisien proses internal suatu perusahaan, semakin rendah biaya yang dikeluarkan dan semakin tinggi potensi margin keuntungan. Operasional yang tertata dengan baik memungkinkan perusahaan merespons permintaan pasar dengan cepat dan memberikan pelayanan yang memuaskan.

6. Manajemen Risiko

Setiap bisnis berhadapan dengan berbagai jenis risiko, baik dari sisi pasar, regulasi, teknologi, maupun bencana global yang tak terduga. Sebuah strategi yang baik harus mencakup skenario mitigasi dan langkah-langkah kontinjensi untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Dengan perencanaan risiko yang matang, perusahaan tidak hanya bisa bertahan saat menghadapi tekanan, tetapi juga mampu beradaptasi dan bangkit lebih cepat dibandingkan pesaingnya.

Jenis-Jenis Strategi Bisnis

Dalam dunia bisnis yang dinamis dan penuh kompetisi, tidak ada pendekatan tunggal yang bisa diterapkan secara seragam untuk semua jenis usaha. Setiap perusahaan perlu memilih dan menyesuaikan strategi bisnisnya berdasarkan kondisi pasar, kapabilitas internal, dan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Berbagai jenis strategi telah terbukti efektif dalam konteks yang berbeda, tergantung pada bagaimana dan di mana strategi tersebut diterapkan. Berikut beberapa jenis strategi yang umum digunakan:

1. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy)

Strategi ini difokuskan pada perluasan cakupan bisnis, baik melalui peningkatan penetrasi pasar yang sudah ada, memasuki pasar baru, menciptakan produk baru, maupun mendiversifikasi bisnis ke sektor yang berbeda. Misalnya, perusahaan bisa memperdalam kehadirannya di pasar yang telah digeluti dengan memperluas jaringan distribusi atau meningkatkan intensitas promosi. Alternatif lainnya adalah mengembangkan produk baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang.

Dalam bentuk yang lebih berani, perusahaan bisa mencoba diversifikasi, yaitu masuk ke bidang bisnis yang benar-benar baru sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada lini bisnis utama. Contoh nyata dari strategi ini adalah Gojek, yang awalnya hanya menawarkan layanan transportasi ojek berbasis aplikasi, kemudian berevolusi menjadi platform multifungsi (super app) yang mencakup layanan seperti GoFood untuk pengantaran makanan, GoPay sebagai dompet digital, dan GoSend untuk logistik.

2. Strategi Biaya Rendah (Cost Leadership Strategy)

Terdapat strategi biaya rendah atau cost leadership, yang menargetkan posisi sebagai penyedia barang atau jasa dengan harga terendah di pasar. Strategi ini tidak berarti menurunkan kualitas produk secara drastis, melainkan mengoptimalkan efisiensi operasional, memanfaatkan skala ekonomi, serta menekan biaya produksi dan distribusi.

Perusahaan-perusahaan seperti Walmart di Amerika Serikat dan Indomaret di Indonesia adalah contoh dari pelaku bisnis yang mengadopsi strategi ini dengan sukses. Mereka menawarkan harga kompetitif dan produk kebutuhan sehari-hari, sehingga menarik konsumen dalam jumlah besar dan meraih keuntungan dari volume penjualan yang tinggi.

3. Strategi Diferensiasi

Strategi lain yang tidak kalah penting adalah strategi diferensiasi. Dalam pendekatan ini, perusahaan berfokus pada penciptaan keunikan yang membedakan produk atau jasa mereka dari para pesaing. Keunikan ini bisa berupa desain, kualitas, fitur, layanan pelanggan, atau citra merek. Perusahaan yang berhasil dalam strategi ini biasanya dapat menetapkan harga yang lebih tinggi karena pelanggan melihat nilai tambah dalam produk tersebut.

Apple merupakan contoh klasik dari perusahaan yang mengedepankan diferensiasi. Produk-produknya dikenal memiliki desain premium, sistem operasi yang eksklusif, dan integrasi yang kuat antar perangkat, sehingga menciptakan loyalitas pelanggan yang tinggi.

4. Strategi Fokus (Niche Strategy)

Strategi fokus atau niche strategy juga sering digunakan, terutama oleh perusahaan yang ingin melayani segmen pasar tertentu secara lebih mendalam dan eksklusif. Dalam strategi ini, perusahaan tidak mencoba menjangkau seluruh pasar, melainkan memilih target pasar yang sempit namun sangat spesifik, dengan kebutuhan dan preferensi yang jelas.

Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan produknya secara optimal terhadap kebutuhan kelompok pelanggan tersebut. Rolex, misalnya, memusatkan bisnisnya hanya pada jam tangan mewah dan berkualitas tinggi, dengan target konsumen dari kalangan atas yang menginginkan prestise serta keanggunan dalam produk yang mereka beli.

5. Strategi Inovasi

Yang terakhir adalah strategi inovasi, yang menitikberatkan pada pengembangan berkelanjutan terhadap produk atau layanan baru yang membawa nilai tambah signifikan. Inovasi bisa dalam bentuk teknologi, model bisnis, maupun proses kerja yang lebih efisien dan responsif terhadap perubahan zaman. Perusahaan yang menerapkan strategi ini berusaha menjadi pelopor dalam industrinya, menciptakan tren baru, dan menciptakan standar yang sulit ditiru.

Tesla adalah contoh perusahaan yang sangat identik dengan strategi inovasi. Selain menghadirkan mobil listrik yang canggih, Tesla juga memimpin dalam teknologi baterai, jaringan pengisian daya cepat, serta sistem energi berkelanjutan untuk rumah dan bisnis, menjadikannya lebih dari sekadar produsen otomotif.

6. Strategi Aliansi atau Kemitraan (Strategic Alliances)

Bila kamu merasa tidak bisa atau tidak ingin menghadapi persaingan pasar sendirian, menjalin aliansi strategis bisa menjadi pilihan yang sangat cerdas. Melalui kemitraan, dua atau lebih perusahaan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang saling menguntungkan, seperti memperluas jangkauan pasar, berbagi teknologi, atau menggabungkan keahlian masing-masing. Strategi ini sangat efektif untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan daya saing tanpa harus membangun semua dari nol.

Salah satu contoh yang paling menonjol adalah kolaborasi antara Gojek dan Tokopedia yang membentuk entitas besar bernama GoTo. Melalui sinergi ini, keduanya menciptakan ekosistem digital yang saling mendukung, menggabungkan layanan transportasi, pembayaran, dan e-commerce. Aliansi semacam ini tidak hanya membuka akses ke pasar yang lebih luas, tetapi juga memperkuat posisi bisnis di tengah persaingan yang ketat.

7. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)

Strategi diversifikasi adalah pendekatan ekspansi bisnis yang bertujuan untuk memasuki sektor industri atau pasar baru yang berbeda dari bisnis inti. Tujuannya adalah untuk menyebarkan risiko, menciptakan aliran pendapatan baru, dan mengurangi ketergantungan pada satu sumber pemasukan saja. Diversifikasi bisa dilakukan secara horizontal (masuk ke lini produk baru yang masih berkaitan) atau vertikal (menguasai rantai pasokan), bahkan bisa juga bersifat konglomerat (masuk ke industri yang benar-benar berbeda).

Virgin Group merupakan contoh luar biasa dari strategi ini. Perusahaan yang awalnya bergerak di industri musik ini kini memiliki lini bisnis yang tersebar mulai dari penerbangan, pariwisata, hingga layanan keuangan. Meski menjanjikan, diversifikasi bukan tanpa tantangan. Butuh analisis risiko, sumber daya yang kuat, dan manajemen yang cermat agar bisnis utama tidak terabaikan ketika merambah ke bidang baru.

8. Strategi Digital (Digital Strategy)

Dalam era digital yang semakin maju, memiliki strategi digital yang kuat bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Strategi digital mencakup segala upaya untuk menggunakan teknologi digital dan platform online guna menjangkau pelanggan, meningkatkan efisiensi operasional, dan membangun brand yang relevan. Ini bisa berupa penggunaan media sosial, optimalisasi situs web, pemasaran berbasis konten, layanan pelanggan otomatis (chatbot), hingga pengembangan aplikasi mobile.

Transformasi digital yang dilakukan oleh Netflix adalah contoh paling nyata: dari layanan penyewaan DVD berbasis pos, Netflix sukses bertransformasi menjadi platform streaming global yang mendominasi industri hiburan digital. Bagi bisnis yang belum sepenuhnya digital, saatnya untuk mulai membangun fondasi digital yang kuat agar tidak tertinggal oleh pesaing yang lebih adaptif terhadap teknologi.

9. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)

Strategi penetrasi pasar difokuskan pada peningkatan pangsa pasar di segmen yang sudah ada tanpa harus memperkenalkan produk baru atau memasuki wilayah pasar yang berbeda. Tujuannya adalah untuk meningkatkan volume penjualan dan loyalitas pelanggan melalui pendekatan yang lebih agresif terhadap pasar saat ini. Beberapa taktik yang bisa digunakan meliputi peningkatan promosi, diskon harga, program loyalitas pelanggan, atau peningkatan kualitas layanan.

Strategi ini sangat cocok untuk bisnis yang sudah memiliki produk unggulan namun ingin memaksimalkan potensi pasar yang ada. McDonald’s, misalnya, kerap mengimplementasikan strategi ini dengan meluncurkan varian menu lokal, kampanye promosi musiman, dan pengalaman pelanggan yang terus ditingkatkan. Dengan cara ini, mereka berhasil mempertahankan dan bahkan memperluas basis pelanggan mereka tanpa harus keluar dari pasar inti.

Langkah Membangun Strategi Bisnis yang Efektif

Membangun strategi bisnis yang efektif memerlukan pendekatan sistematis yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis dan adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis

1. Tentukan Tujuan Jangka Panjang

Proses ini dimulai dengan menetapkan tujuan jangka panjang yang jelas dan realistis. Tujuan ini mencerminkan visi perusahaan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, seperti menjadi pemimpin pasar di sektor tertentu, melakukan ekspansi global ke wilayah-wilayah strategis, atau mendiversifikasi lini produk dan layanan untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber pendapatan. Tujuan tersebut harus disusun berdasarkan nilai-nilai inti perusahaan dan aspirasi para pemangku kepentingan, sehingga setiap langkah yang diambil akan selaras dengan arah jangka panjang organisasi.

2. Lakukan Riset Pasar

Setelah menetapkan tujuan utama, langkah selanjutnya adalah melakukan riset pasar secara mendalam. Riset ini bertujuan untuk memahami siapa pelanggan utama perusahaan, apa kebutuhan dan perilaku mereka, serta bagaimana tren industri saat ini berkembang. Di samping itu, penting untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan para pesaing, agar perusahaan bisa memposisikan dirinya secara strategis. Data dari riset ini akan menjadi fondasi penting dalam menyusun strategi yang berbasis realitas pasar dan bukan hanya asumsi internal.

3. Susun Rencana Aksi

Langkah berikutnya adalah menyusun rencana aksi yang rinci dan dapat diimplementasikan. Rencana ini harus menjawab pertanyaan penting seperti bagaimana perusahaan akan mencapai tujuan tersebut, siapa yang akan bertanggung jawab untuk setiap bagian dari rencana, dan dalam jangka waktu berapa lama target itu diharapkan tercapai. Rencana aksi yang baik tidak hanya berisi langkah-langkah besar, tetapi juga mencakup pengukuran-pengukuran kecil (milestone) yang dapat digunakan untuk memantau progres secara bertahap.

4. Implementasi & Monitoring

Setelah rencana tersusun, tahap implementasi dimulai. Ini adalah fase di mana strategi yang telah dirumuskan dijalankan secara konkret oleh seluruh bagian organisasi. Keberhasilan implementasi sangat bergantung pada komunikasi yang efektif antar tim, kepemimpinan yang kuat, serta komitmen terhadap konsistensi pelaksanaan. Penting juga untuk terus memantau perkembangan strategi dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditentukan sebelumnya. Monitoring ini memungkinkan perusahaan mendeteksi dini jika ada penyimpangan dari rencana atau hambatan yang tidak terduga.

5. Evaluasi & Penyesuaian

Terakhir, proses evaluasi dan penyesuaian harus dilakukan secara berkala. Strategi bisnis bukanlah dokumen kaku yang tidak bisa diubah. Sebaliknya, strategi harus bersifat fleksibel agar dapat merespons dinamika pasar, perubahan teknologi, atau kondisi ekonomi yang tidak terduga. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan. Jika ditemukan ketidaksesuaian atau hambatan signifikan, perusahaan harus melakukan penyesuaian atau improvisasi. Namun demikian, setiap penyesuaian tetap harus menjaga agar arah strategis tidak melenceng dari tujuan jangka panjang yang telah ditentukan sebelumnya.

Penutup

Strategi bisnis bukan sekadar rencana di atas kertas, tanpanya, bisnis hanya akan berjalan tanpa arah, rentan terhadap persaingan, dan sulit berkembang. Mulailah dengan menentukan visi, menganalisis pasar, dan menyusun langkah-langkah konkret. Ingat, strategi yang baik harus fleksibel dan siap beradaptasi dengan perubahan, tetapi tetap berpegang pada tujuan utama. Bila dilakukan dengan benar, strategi bisnis bukan hanya akan membawa perusahaan bertahan, tetapi juga menjadi pemimpin di industrinya. Semoga bermanfaat.

Baca juga:

Referensi

  • Barney, J. B., & Hesterly, W. S. (2019). Strategic management and competitive advantage: Concepts and cases (6th ed.). Pearson Education.
  • Johnson, G., Scholes, K., & Whittington, R. (2020). Exploring strategy: Text and cases (12th ed.). Pearson Education.
  • Hill, C. W., Jones, G. R., & Schilling, M. A. (2014). Strategic management: Theory: An integrated approach. Cengage Learning.
  • Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing management (15th ed.). Pearson Education.
  • Mintzberg, H., Ahlstrand, B., & Lampel, J. (2005). Strategy safari: A guided tour through the wilds of strategic management. Simon and Schuster.
  • Porter, M. E. (1996). What is strategy?. Harvard Business Review, 74(6), 61–78.
  • Wheelen, T. L., & Hunger, J. D. (2012). Strategic management and business policy: Toward global sustainability (13th ed.). Pearson Education.
Scroll to Top