Customer Journey: Manfaat, 5 Tahapan, Contoh, dan Cara Membuatnya

Customer Journey

Customer Journey – Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa beberapa pelanggan begitu loyal pada suatu merek, sementara yang lain cepat beralih ke kompetitor?

Jawabannya seringkali terletak pada customer journey, proses yang dilalui pelanggan dari pertama kali mengenal produk hingga menjadi pembeli setia. Tapi, memahami customer journey bukan sekadar memetakan langkah-langkah transaksi. Ini tentang menyelami pikiran dan emosi pelanggan, menemukan titik-titik kritis yang membuat mereka memutuskan untuk membeli atau justru pergi.

Apa Itu Customer Journey?

Customer journey adalah seluruh rangkaian pengalaman yang dialami oleh pelanggan saat berinteraksi dengan merek. Proses ini tidak hanya mencakup tahap awal ketika mereka pertama kali menyadari keberadaan produk, tetapi juga berlanjut hingga mereka menjadi pelanggan setia yang dengan sukarela mempromosikan brand kamu kepada orang lain.

Untuk memudahkan pemahaman, mari kita lihat contohnya:

Seorang calon pelanggan melihat iklan produk skincare di Instagram, ini merupakan tahap awareness (penyadaran). Karena penasaran, ia kemudian mencari review produk tersebut di YouTube, masuk ke tahap consideration (pertimbangan). Setelah membandingkan harga dan fitur di berbagai e-commerce, ia memutuskan untuk membeli, tahap decision (keputusan). Karena puas dengan hasilnya, ia kembali membeli produk tersebut di kemudian hari, tahap retention (retensi). Bahkan, karena sangat puas, ia merekomendasikan produk ini ke teman-temannya, tahap advocacy (advokasi).

Manfaat Customer Journey

Berikut ini beberapa manfaat customer journey.

1. Memahami Perilaku Pelanggan

Dengan menganalisis customer journey, dapat mengidentifikasi momen-momen kritis dalam pengambilan keputusan pelanggan. Kamu akan tahu kapan mereka mulai ragu-ragu, apa yang sebenarnya mereka butuhkan, dan kapan mereka benar-benar siap untuk membeli. Tanpa pemahaman ini, strategi pemasaran kamu bisa kehilangan arah dan tidak tepat sasaran.

2. Meningkatkan Pengalaman Pengguna (UX)

Setiap interaksi pelanggan dengan brand Anda harus memberikan pengalaman yang mulus dan memuaskan. Dengan memetakan customer journey, kamu dapat menemukan titik-titik yang sering membuat pelanggan frustrasi misalnya, proses checkout yang terlalu panjang, deskripsi produk yang kurang jelas, atau layanan pelanggan yang lambat. Dengan memperbaiki hal-hal ini, tingkat konversi bisa meningkat secara signifikan.

3. Mengoptimalkan Strategi Pemasaran

Customer journey membantu Anda menyesuaikan konten dan pendekatan pemasaran sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui pelanggan. Sebagai contoh:

  • Pada tahap awareness, konten yang efektif adalah materi edukasi seperti artikel blog, video penjelasan, atau infografis yang menjawab masalah mereka.
  • Pada tahap consideration, testimoni dari pelanggan lain dan perbandingan produk akan lebih berpengaruh.
  • Pada tahap decision, penawaran spesial seperti diskon atau garansi bisa menjadi pendorong akhir untuk menyelesaikan pembelian.

4. Membangun Loyalitas Pelanggan

Pelanggan yang merasa dipahami dan dihargai cenderung akan kembali melakukan pembelian. Bahkan, mereka bisa menjadi “brand advocate” yang mempromosikan produk kamu secara organik. Loyalitas semacam ini tidak bisa dibeli dengan iklan, melainkan dibangun melalui pengalaman positif yang konsisten di setiap tahap customer journey.

5 Tahapan Customer Journey dan Strategi Optimasi yang Efektif

Berikut ini 5 tahapan strategi yang tepat di setiap fase, bisnis dapat membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan yang menguntungkan kedua belah pihak.

1. Awareness (Penyadaran)

Pada tahap awal ini, pelanggan baru mulai menyadari adanya masalah atau kebutuhan tertentu dalam hidup mereka. Contoh pemikiran yang muncul bisa berupa “Kenapa wajahku sering berjerawat?” atau “Aku butuh laptop yang ringan untuk bekerja remote.” Di titik ini, mereka belum mencari solusi spesifik, tetapi baru menyadari masalahnya.

Strategi yang efektif untuk tahap ini meliputi tiga pendekatan utama. Pertama, content marketing melalui blog, video edukasi, atau infografis yang memberikan informasi bermanfaat. Kedua, iklan sosial di platform seperti Facebook dan Instagram untuk meningkatkan visibilitas merek. Ketiga, optimasi SEO dengan kata kunci yang tepat agar muncul di hasil pencarian organik. Contoh nyatanya adalah ketika sebuah brand skincare membuat artikel berjudul “5 Penyebab Jerawat dan Cara Mengatasinya” yang secara halus mengarahkan pembaca ke produk mereka.

2. Consideration (Pertimbangan)

Di tahap kedua, pelanggan sudah mengetahui solusi umum untuk masalah mereka (misalnya menggunakan produk skincare) tetapi masih membandingkan berbagai merek yang tersedia. Mereka aktif mencari informasi lebih mendalam sebelum membuat keputusan.

Untuk memenangkan persaingan di fase ini, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan. Menampilkan testimoni dan ulasan asli dari pelanggan sebelumnya dapat membangun kepercayaan. Membuat konten perbandingan produk yang menunjukkan keunggulan merek Anda dibanding kompetitor juga efektif. Selain itu, menawarkan lead magnet seperti ebook gratis atau sample produk bisa menjadi daya tarik tambahan. Contoh konkretnya adalah ketika calon pembeli laptop menonton video perbandingan “MacBook vs Windows” sebelum menentukan pilihan.

3. Decision (Keputusan Pembelian)

Pada tahap kritis ini, pelanggan sudah memilih produk Anda tetapi mungkin masih memiliki keraguan terakhir sebelum benar-benar membeli. Mereka membutuhkan dorongan akhir untuk menyelesaikan transaksi.

Strategi yang tepat untuk tahap ini mencakup tiga elemen penting. Pertama, menciptakan rasa urgensi dengan penawaran seperti “Diskon 30% hanya untuk 3 hari!”. Kedua, memberikan jaminan seperti garansi atau kebijakan pengembalian yang jelas untuk mengurangi risiko yang dirasakan pelanggan. Ketiga, menyederhanakan proses checkout untuk meminimalkan kemungkinan cart abandonment. Contoh penerapannya adalah ketika toko online menawarkan gratis ongkir atau cashback sebagai insentif tambahan.

4. Retention (Retensi Pelanggan)

Setelah pembelian pertama berhasil dilakukan, tantangan berikutnya adalah membuat pelanggan kembali melakukan pembelian berikutnya. Tahap ini sering diabaikan tetapi justru sangat penting untuk bisnis berkelanjutan.

Ada beberapa strategi retensi yang terbukti efektif. Mengirim email follow-up untuk menanyakan pengalaman penggunaan produk menunjukkan perhatian terhadap pelanggan. Program loyalitas seperti sistem poin atau keanggotaan eksklusif dapat meningkatkan frekuensi pembelian. Personalisasi penawaran berdasarkan riwayat belanja juga membuat pelanggan merasa lebih dihargai. Starbucks adalah contoh bagus dengan aplikasi rewards mereka yang mendorong pembelian berulang.

5. Advocacy (Promosi dari Mulut ke Mulut)

Tahap akhir yang ideal adalah ketika pelanggan yang puas menjadi promotor alami merek Anda. Mereka tidak hanya kembali membeli, tetapi juga aktif merekomendasikan produk Anda ke orang lain secara sukarela.

Untuk mencapai tahap ini, beberapa strategi bisa diimplementasikan. Program referral dengan insentif seperti “Ajak teman, dapat diskon!” memotivasi pelanggan untuk menyebarkan informasi. Memanfaatkan user-generated content dengan memposting ulang testimoni pelanggan di media sosial memperkuat sosial proof. Membangun komunitas brand melalui grup Facebook atau event eksklusif juga menciptakan keterikatan emosional. Contoh nyatanya adalah ketika pelanggan skincare yang puas membuat video unboxing atau review di platform seperti TikTok.

Cara Membuat Customer Journey Map

Customer Journey Map (CJM) merupakan representasi visual yang menggambarkan secara komprehensif seluruh perjalanan pelanggan dalam berinteraksi dengan suatu merek. Alat strategis ini memungkinkan bisnis untuk melihat pengalaman pelanggan dari sudut pandang mereka sendiri, sehingga dapat mengidentifikasi peluang perbaikan dan pengembangan. Berikut ini langkah-langkah Membuat Customer Journey Map yang Berdampak:

1. Menentukan Persona Pelanggan secara Mendalam

Proses ini melibatkan pembuatan profil detail tentang target audiens utama. Tidak sekadar mengetahui demografi dasar seperti usia dan pekerjaan, tetapi juga memahami motivasi, tantangan harian, kebiasaan belanja, serta preferensi komunikasi mereka. Misalnya, persona untuk produk teknologi mungkin mencakup profesional muda berusia 25-35 tahun yang menghargai efisiensi dan selalu update dengan tren terbaru.

2. Mengidentifikasi Seluruh Touchpoint dengan Cermat

Langkah berikut ini untuk memetakan semua titik kontak antara pelanggan dengan merek, baik online maupun offline. Mulai dari pencarian Google, iklan media sosial, kunjungan website, interaksi dengan customer service, hingga pengalaman di toko fisik jika ada. Penting untuk mencatat setiap momen potensial dimana pelanggan bisa berinteraksi dengan brand.

3. Memetakan Emosi Pelanggan di Setiap Tahapan

Analisis emosional ini mencakup perasaan yang dialami pelanggan selama perjalanan mereka. Mulai dari kebingungan awal saat mencari solusi, kegembiraan ketika menemukan produk yang tepat, hingga kekecewaan jika mengalami kendala dalam proses pembelian. Pemahaman ini membantu menciptakan pengalaman yang lebih empatik.

4. Mengungkap Pain Points yang Menghambat

Identifikasi rintangan spesifik yang mengurangi kenyamanan pelanggan, seperti proses checkout yang rumit, respon customer service yang lambat, atau kurangnya informasi produk yang jelas. Pain points ini sering menjadi penyebab utama cart abandonment atau churn rate yang tinggi.

5. Mengembangkan Solusi yang Terukur

Berdasarkan temuan sebelumnya, buat rencana perbaikan yang konkret dan dapat diimplementasikan. Solusi harus spesifik, terukur, dan memiliki indikator keberhasilan yang jelas.

    Contoh Implementasi Customer Journey Map:

    TahapanAksi PelangganEmosi DominanPain Points UtamaSolusi Strategis
    AwarenessMelihat iklan InstagramPenasaranIklan kurang relevanMemperbaiki targeting iklan berdasarkan minat dan perilaku
    ConsiderationMenonton review produkBingungKurang testimoni asliMenampilkan UGC (User Generated Content) dari pelanggan nyata
    DecisionMemasukkan ke keranjangRagu-raguHarga terlihat tinggiMenawarkan opsi cicilan 0% atau program trade-in

    Manfaat Utama CJM:

    • Memberikan pandangan holistik tentang pengalaman pelanggan
    • Mengungkap celah antara harapan dan kenyataan yang dialami pelanggan
    • Memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih efektif untuk perbaikan UX
    • Meningkatkan ROI pemasaran dengan menyasar pain points yang tepat

    Dengan pendekatan sistematis dalam membuat Customer Journey Map, bisnis dapat mengubah data menjadi wawasan aksi yang berdampak nyata pada kepuasan pelanggan dan pertumbuhan perusahaan.

    Kesalahan Umum dalam Mengelola Customer Journey

    Beberapa kesalahan umum dalam mengelola customer journey sebagai berikut ini.

    1. Fokus Berlebihan pada Proses Penjualan Semata

    Banyak bisnis terjebak dalam kesalahan klasik dengan hanya mengoptimalkan tahap konversi penjualan, sementara mengabaikan pengalaman pasca pembelian. Padahal, masa setelah transaksi justru menentukan apakah pelanggan akan kembali atau tidak. Solusi yang tepat adalah dengan membangun sistem follow-up terstruktur dan layanan purna jual yang memuaskan. Contoh konkretnya adalah mengirim email ucapan terima kasih disertai panduan penggunaan produk, atau menawarkan dukungan teknis gratis selama periode tertentu. Layanan purna jual yang baik dapat meningkatkan customer lifetime value hingga 300% menurut penelitian Harvard Business Review.

    2. Tidak Memanfaatkan Data Pelanggan Secara Maksimal

    Di era digital ini, mengabaikan data pelanggan sama dengan berbisnis dengan mata tertutup. Banyak perusahaan memiliki banyak data tetapi tidak digunakan untuk pengambilan keputusan. Solusi cerdasnya adalah dengan memanfaatkan tools analitik seperti Google Analytics untuk melacak perilaku digital, sistem CRM untuk mengelola hubungan pelanggan, serta survey kepuasan untuk mendapatkan feedback langsung. Implementasi tools tersebut memungkinkan kamu membuat keputusan berbasis data, bukan sekadar dugaan.

    3. Bergantung pada Asumsi Tanpa Dasar yang Kuat

    Kesalahan fatal lainnya adalah membuat strategi berdasarkan asumsi pribadi atau anekdot tanpa penelitian yang memadai. Pendekatan ini sering menghasilkan solusi yang tidak tepat sasaran. Solusi yang terbukti efektif adalah dengan melakukan wawancara mendalam dengan pelanggan dan analisis perilaku nyata. Teknik seperti customer shadowing (mengamati langsung perilaku pelanggan) atau analisis session recording dapat mengungkap wawasan berharga yang tidak terlihat dari data kuantitatif saja.

    Ketiga kesalahan di atas sering kali saling terkait dan menciptakan efek domino negatif. Fokus hanya pada penjualan tanpa layanan purna jual membuat pelanggan tidak kembali. Tanpa data yang tepat, kamu tidak tahu mengapa mereka tidak kembali. Dan tanpa riset, kamu hanya bisa menebak-nebak solusinya. Siklus ini akhirnya menyebabkan pemborosan sumber daya dan kesempatan bisnis yang terlewat.

    Best Practices yang Direkomendasikan:

    • Bangun sistem pengukuran menyeluruh yang mencakup seluruh tahapan customer journey
    • Investasikan dalam teknologi yang memungkinkan pengumpulan dan analisis data pelanggan
    • Jadwalkan riset kualitatif rutin untuk memahami motivasi dan pain points pelanggan
    • Latih tim untuk berpikir berbasis data dan empati pelanggan, bukan hanya target penjualan

    Dengan menghindari ketiga kesalahan utama ini dan menerapkan solusi yang tepat, bisnis dapat membangun customer journey yang lebih bermakna, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Ingatlah bahwa di pasar yang kompetitif saat ini, pengalaman pelanggan yang luar biasa sering kali menjadi pembeda utama antara bisnis yang sukses dan yang tertinggal.

    Penutup

    Memahami customer journey adalah kunci untuk:

    • Meningkatkan konversi
    • Mengurangi churn rate
    • Membangun brand loyalty

    Dengan memetakan setiap tahapan, kamu bisa menghadirkan pengalaman pelanggan yang mulus, dari pertama kali mereka mengenal brand hingga menjadi promotor setia.

    Sekarang, giliran kamu!

    • Analisis customer journey bisnis.
    • Identifikasi titik-titik yang bisa diperbaiki.
    • Uji strategi baru & lihat perbedaannya.

    Bila dilakukan dengan benar, pelanggan tidak hanya membeli sekali tapi akan kembali lagi dan lagi. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

    Baca juga:

    Daftar Referensi

    1. Lemon, K. N., & Verhoef, P. C. (2016). Understanding customer experience throughout the customer journey. Journal of Marketing, 80(6), 69–96.
      https://doi.org/10.1509/jm.15.0420
    2. Homburg, C., Jozić, D., & Kuehnl, C. (2017). Customer experience management: Toward implementing an evolving marketing concept. Journal of the Academy of Marketing Science, 45(3), 377–401.
      https://doi.org/10.1007/s11747-015-0460-7
    3. Rawson, A., Duncan, E., & Jones, C. (2013). The truth about customer experience. Harvard Business Review, 91(9), 90–98.
      https://hbr.org/2013/09/the-truth-about-customer-experience
    4. Rosenbaum, M. S., Otalora, M. L., & Ramírez, G. C. (2017). How to create a realistic customer journey map. Business Horizons, 60(1), 143-150.
      https://doi.org/10.1016/j.bushor.2016.09.010
    5. Kuehnl, C., Jozic, D., & Homburg, C. (2019). Effective customer journey design: Consumers’ conception, measurement, and consequences. Journal of the Academy of Marketing Science, 47(3), 551-568.
      https://doi.org/10.1007/s11747-018-00625-7
    6. Homburg, C., Jozić, D., & Kuehnl, C. (2017). Customer experience management: Toward implementing an evolving marketing concept. Journal of the Academy of Marketing Science, 45(3), 377-401.
      https://doi.org/10.1007/s11747-015-0460-7
    7. Teixeira, J., Patrício, L., Nunes, N. J., Nóbrega, L., Fisk, R. P., & Constantine, L. (2012). Customer experience modeling: From customer experience to service design. Journal of Service Management, 23(3), 362-376.
      https://doi.org/10.1108/09564231211248453
    8. Voorhees, C. M., Fombelle, P. W., Gregoire, Y., Bone, S., Gustafsson, A., Sousa, R., & Walkowiak, T. (2017). Service encounters, experiences, and the customer journey: Defining the field and a call to expand our lens. Journal of Business Research, 79, 269-280.
      https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2017.03.034
    9. Forrester Research. (2023). The customer experience index: Key insights for 2023.
      https://www.forrester.com/report/The-Customer-Experience-Index-2023
    10. Nielsen Norman Group. (2022). *Journey mapping 101: A step-by-step guide*.
      https://www.nngroup.com/articles/journey-mapping/
    11. McKinsey & Company. (2021). The consumer decision journey.
      https://www.mckinsey.com/capabilities/growth-marketing-and-sales/our-insights/the-consumer-decision-journey
    12. PwC. (2020). Experience is everything: Here’s how to get it right.
      https://www.pwc.com/us/en/advisory-services/publications/consumer-intelligence-series/pwc-consumer-intelligence-series-customer-experience.pdf
    Scroll to Top