Apa 5 Perbedaan dari Motif Intrinsik dan Ekstrinsik?

Apa Perbedaan dari Motif Intrinsik dan Ekstrinsik

Apa perbedaan dari motif intrinsik dan ekstrinsik? Pertanyaan ini sering kali muncul dalam diskusi tentang psikologi, manajemen, pendidikan, dan pengembangan diri. Dua jenis motivasi ini merupakan fondasi yang menggerakkan hampir setiap tindakan manusia, namun sering kali disalahpahami atau dianggap bertolak belakang. Pada kenyataannya, keduanya adalah sistem pendorong yang kompleks dan saling melengkapi.

Memahami perbedaan mendasar antara motivasi ekonomi dari dalam (intrinsik) dan motivasi dari luar (ekstrinsik) bukan sekadar teori akademis. Pengetahuan ini adalah kunci untuk membuka potensi diri, memimpin tim dengan efektif, mendidik dengan lebih baik, dan merancang kehidupan yang lebih memuaskan. Dengan eksplorasi mendalam, kita akan melihat bahwa dorongan internal dan insentif eksternal memiliki dinamika unik yang memengaruhi produktivitas, kreativitas, dan kebahagiaan kita.

Apa Perbedaan dari Motif Intrinsik dan Ekstrinsik?

Agar lebih jelas, mari kita bedah perbedaan motivasi intrinsik dan ekstrinsik melalui beberapa lensa kunci:

1. Sumber dan Arah Dorongan

Motivasi intrinsik bersumber sepenuhnya dari dalam diri (internal). Arah dorongannya adalah ke dalam, yaitu untuk memenuhi standar, rasa ingin tahu, dan kepuasan pribadi individu itu sendiri. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik bersumber dari luar diri (eksternal). Arah dorongannya adalah keluar, yakni untuk merespons, mengejar, atau menghindari sesuatu yang berasal dari lingkungan, seperti imbalan, pengakuan, atau konsekuensi.

2. Fokus Utama

Dalam motivasi intrinsik, fokusnya terletak sepenuhnya pada proses. Seseorang menikmati aktivitas itu sendiri, seperti merasa puas dalam perjalanan belajar atau menciptakan sesuatu. Sedangkan dalam motivasi ekstrinsik, fokus utama selalu mengarah pada hasil akhir. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai A, menyelesaikan proyek untuk bonus, atau mencapai target untuk memperoleh penghargaan.

3. Sifat Keberlanjutan

Motivasi intrinsik cenderung menunjukkan sifat yang lebih berkelanjutan dan tahan lama karena digerakkan oleh bahan bakar internal yang berasal dari diri sendiri. Individu dengan motivasi ini biasanya lebih tangguh (resilient) ketika menghadapi tantangan. Sementara itu, motivasi ekstrinsik sering kali sangat bergantung pada keberadaan insentif eksternal. Jika hadiah, ancaman, atau tekanan dari luar menghilang, maka motivasi untuk melanjutkan perilaku tersebut sangat mungkin ikut menurun atau bahkan lenyap.

4. Dampak terhadap Kreativitas dan Kualitas

Motivasi intrinsik secara umum lebih mendorong munculnya kreativitas, eksplorasi mendalam, dan kualitas kerja yang optimal. Orang akan terdorong untuk mencari solusi baru dan menyempurnakan karyanya demi kepuasan dan standar pribadi. Di sisi lain, motivasi ekstrinsik sangat efektif untuk mendorong penyelesaian tugas-tugas yang rutin, terstruktur, dan memerlukan kepatuhan. Namun, untuk tugas yang membutuhkan pemikiran inovatif atau “di luar kotak”, tekanan dari imbalan eksternal justru sering kali dapat membatasi ruang gerak kreativitas.

5. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis

Motivasi intrinsik secara langsung memuaskan kebutuhan psikologis mendasar manusia, yaitu kebutuhan akan otonomi (kemandirian dan kendali), kompetensi (rasa mampu), dan keterhubungan (rasa memiliki). Sebaliknya, motivasi ekstrinsik lebih memuaskan kebutuhan yang bersifat eksternal dan instrumental, seperti kebutuhan akan pengakuan sosial, keamanan finansial, peningkatan status, atau penghindaran dari hukuman.

Contoh Kontekstual: Dari Ruang Kelas hingga Kantor

Mari kita lihat penerapan kedua jenis motivasi ini dalam berbagai bidang:

1. Di Dunia Pendidikan

Seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan belajar fisika dengan penuh antusiasme, didorong oleh rasa penasaran yang tulus untuk memahami hukum-hukum alam semesta. Proses memahami konsep-konsep baru itu sendiri sudah merupakan hadiah baginya. Sebaliknya, siswa dengan motivasi ekstrinsik belajar dengan keras untuk mata pelajaran yang sama dengan tujuan utama agar peringkatnya naik di kelas dan ia mendapatkan hadiah smartphone dari orang tuanya. Fokusnya bukan pada keasyikan belajar, tetapi pada imbalan yang akan diterima setelahnya.

2. Di Tempat Kerja

Di Tempat Kerja, dinamika ini juga kerap terjadi. Seorang desainer grafis dengan motivasi intrinsik akan rela mengulang-ulang dan memperbaiki karyanya hingga mencapai titik yang ia anggap sempurna. Dorongannya berasal dari kecintaan pada proses kreasi dan rasa bangga pribadi terhadap karya terbaik yang bisa ia hasilkan. Di sisi lain, seorang sales dengan motivasi ekstrinsik mungkin akan memusatkan segala upaya untuk mencapai target penjualan. Penggerak utamanya adalah keinginan untuk mendapatkan komisi besar dan gelar “Employee of the Month” sebagai bentuk pengakuan eksternal atas kinerjanya.

3. Dalam Gaya Hidup Sehat

Penerapan kedua motivasi ini menghasilkan pola perilaku yang berbeda. Seseorang dengan motivasi intrinsik menjalani rutinitas olahraga secara konsisten karena ia secara langsung merasakan manfaatnya: energi yang lebih positif, perbaikan mood, dan tubuh yang terasa lebih bertenaga setelah beraktivitas. Kepuasan langsung dari aktivitas itulah yang memotivasinya. Kontras dengan ini, seseorang dengan motivasi ekstrinsik mungkin melakukan diet ketat dengan disiplin tinggi. Namun, tujuannya spesifik dan eksternal: menurunkan berat badan demi tampil di suatu perayaan, seperti pernikahannya sendiri. Begitu tujuan itu tercapai, motivasi untuk mempertahankan gaya hidup sehat tersebut bisa saja menguap.

Mana yang Lebih Baik? Mitos dan Realitas

Banyak yang berpikir bahwa motivasi intrinsik selalu lebih unggul. Padahal, pandangan ini terlalu simplistik. Keduanya memiliki tempat dan fungsinya masing-masing.

1. Kekuatan dan Batasan Motivasi Intrinsik

Kelebihannya jelas: lebih autentik, mandiri, dan berkelanjutan. Namun, dorongan dari dalam tidak selalu mudah ditemukan atau dipertahankan untuk setiap tugas, terutama yang dianggap membosankan, repetitif, atau sangat sulit. Tidak realistis mengharapkan seseorang menemukan kesenangan mendalam dalam setiap aspek pekerjaan atau kewajiban hidup.

2. Kekuatan dan Batasan Motivasi Ekstrinsik

Penghargaan eksternal sangat efektif untuk memulai suatu perilaku, memberikan arahan yang jelas, dan memastikan standar dasar terpenuhi. Bonus, gaji, dan penghargaan adalah fondasi sistem ekonomi dan organisasi. Namun, riset menunjukkan bahwa imbalan eksternal yang berlebihan justru dapat mengikis motivasi intrinsik, sebuah fenomena yang dikenal sebagai “The Overjustification Effect”. Contohnya, anak yang awalnya menggambar untuk senang-senang, lalu mulai dibayar untuk setiap gambarnya, lama-lama mungkin hanya mau menggambar jika ada bayarannya.

Strategi Mengintegrasikan Keduanya

Kunci sesungguhnya bukan memilih salah satu, tetapi menyeimbangkan dan mentransformasi motivasi. Berikut strateginya:

  • Gunakan insentif eksternal (seperti apresiasi atau bonus) untuk menarik seseorang mencoba aktivitas baru. Kemudian, fokuslah pada pembangunan rasa kompetensi (beri umpan balik yang membangun) dan otonomi (beri pilihan dan kendali) agar minat intrinsiknya tumbuh.
  • Jelaskan “mengapa” di balik suatu pekerjaan. Sebuah tugas administratif yang terasa membosankan bisa bermakna jika karyawan memahami bahwa data itu vital untuk membantu 10.000 pelanggan. Ini menciptakan rasa keterkaitan yang merupakan unsur intrinsik.
  • Berikan ruang bagi orang untuk memilih “cara” mereka bekerja. Kontrol mikro yang berlebihan akan membunuh motivasi intrinsik.
  • Umpan balik yang informatif (“Presentasimu sangat jelas karena struktur logisnya”) lebih membangun rasa kompetensi intrinsik dibanding sekadar pujian umum (“Kerja bagus!”) atau hadiah uang tunai.
  • Internalisasi Nilai adalah proses di mana suatu nilai atau perilaku yang awalnya digerakkan secara ekstrinsik, akhirnya diadopsi dan dianggap penting oleh diri sendiri. Misalnya, seseorang yang awalnya rajin olahraga untuk penampilan (ekstrinsik), perlahan merasakan manfaat kesehatan dan kebahagiaan sehingga ia terus melakukannya untuk diri sendiri (menjadi intrinsik).

Memahami apa perbedaan dari motif intrinsik dan ekstrinsik adalah seperti memiliki peta navigasi untuk jiwa manusia. Keduanya bukanlah musuh, melainkan dua jenis bahan bakar dengan oktan yang berbeda, masing-masing cocok untuk medan perjalanan yang spesifik. Dorongan internal adalah kompas yang menuntun kita pada passion dan makna, sementara insentif eksternal adalah pedal gas yang memastikan kita bergerak maju melewati rintangan. Share artikel Apa Perbedaan dari Motif Intrinsik dan Ekstrinsik kepada rekan yang mungkin membutuhkannya.

Baca juga:

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

1. Apakah motivasi ekstrinsik selalu buruk?

Tidak sama sekali. Motivasi ekstrinsik sangat penting dan efektif untuk memulai perilaku, menyelesaikan tugas yang tidak menarik, atau mencapai target spesifik. Yang perlu diwaspadai adalah ketergantungan berlebihan padanya hingga mengikis minat alami.

2. Bisakah motivasi ekstrinsik berubah menjadi intrinsik?

Bisa, melalui proses yang disebut “internalisasi”. Ini terjadi ketika seseorang mulai memahami dan menghargai nilai dari suatu aktivitas untuk dirinya sendiri, sehingga perlahan imbalan eksternal bukan lagi pendorong utama.

3. Bagaimana cara meningkatkan motivasi intrinsik pada anak/anak didik/karyawan?

Dengan memenuhi tiga kebutuhan psikologis dasar: Otonomi (beri pilihan dan hindari kontrol penuh), Kompetensi (beri tantangan yang sesuai dan umpan balik membangun), dan Keterhubungan (ciptakan rasa aman dan terkoneksi dengan orang lain).

4. Mana yang lebih berpengaruh pada kesuksesan jangka panjang?

Meski keduanya berperan, motivasi intrinsik sering dikaitkan dengan ketekunan, kreativitas, dan kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Kesuksesan yang hanya dibangun di atas insentif eksternal sering terasa hampa dan kurang berkelanjutan.

5. Mengapa terkadang hadiah justru mengurangi minat?

Karena adanya Efek Overjustifikasi. Hadiah eksternal yang berlebihan dapat menggeser persepsi seseorang: dari “Saya melakukan ini karena saya suka” menjadi “Saya melakukan ini untuk mendapatkan hadiah”. Akibatnya, ketika hadiah dihentikan, minat aslinya pun ikut hilang.

Scroll to Top