Asertif Adalah: Pengertian, Manfaat, Ciri, dan Cara Menerapkannya 

Asertif Adalah

Asertif adalah salah satu keterampilan komunikasi yang penting untuk dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidak semua orang memahami apa itu asertif dan bagaimana cara menerapkannya. Kami akan membahas tentang pengertian sikap asertif, manfaatnya, ciri-ciri orang yang asertif, serta langkah-langkah untuk melatih dan mengembangkan sikap ini. Dengan memahami dan menerapkan sikap asertif, Anda dapat meningkatkan kualitas komunikasi, membangun hubungan yang lebih baik, dan mencapai tujuan hidup dengan lebih efektif.

Pengertian Sikap Asertif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asertif diartikan sebagai sikap tegas dalam menyampaikan pendapat atau hak tanpa merugikan orang lain. Dalam konteks komunikasi, asertif adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan secara jujur, jelas, dan tegas, tanpa melanggar hak atau perasaan orang lain (Burley, 2008).

Sikap asertif berbeda dengan sikap pasif atau agresif. Orang yang pasif cenderung menghindari konflik dan sering mengorbankan kebutuhan diri sendiri untuk menyenangkan orang lain. Sementara itu, orang yang agresif cenderung memaksakan keinginannya tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Sikap asertif berada di tengah-tengah kedua ekstrem ini, di mana seseorang dapat menyampaikan pendapatnya dengan tegas namun tetap menghormati hak dan perasaan orang lain.

Manfaat Sikap Asertif

Menerapkan sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari memiliki banyak manfaat, baik secara personal maupun profesional. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari sikap asertif:

1. Meningkatkan Kepercayaan Diri

Sikap asertif adalah cerminan dari kepercayaan diri yang sehat. Ketika seseorang mampu menyampaikan pendapat, perasaan, atau kebutuhan dengan jelas dan tegas, ia akan merasa lebih dihargai dan diakui. Hal ini terjadi karena sikap asertif memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan diri secara autentik tanpa takut dihakimi atau diabaikan.

Misalnya, dalam sebuah rapat kerja, seseorang yang asertif tidak ragu untuk menyampaikan ide-ide kreatifnya, meskipun ide tersebut berbeda dengan pendapat mayoritas. Dengan berani mengungkapkan pemikirannya, ia tidak hanya merasa lebih percaya diri tetapi juga mendapatkan pengakuan dari rekan-rekan kerjanya. Kepercayaan diri yang tumbuh dari sikap asertif ini akan berdampak positif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk karir, hubungan sosial, dan perkembangan pribadi.

2. Membangun Hubungan yang Sehat

Salah satu manfaat terbesar dari sikap asertif adalah kemampuannya untuk membangun hubungan yang sehat dan saling menghormati. Dalam hubungan interpersonal, baik itu dengan pasangan, keluarga, teman, atau rekan kerja, komunikasi yang asertif memungkinkan terjadinya pertukaran pikiran dan perasaan secara jujur dan terbuka.

Orang yang asertif mampu menyampaikan ketidaksetujuan atau kekhawatiran tanpa merendahkan atau menyakiti perasaan orang lain. Misalnya, ketika pasangan melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, seseorang yang asertif akan mengatakan, “Saya merasa tidak nyaman ketika kamu melakukan hal itu. Bisakah kita membicarakan ini?” daripada menyimpan perasaan dan akhirnya meledak dalam kemarahan. Dengan cara ini, konflik dapat dihindari, dan hubungan menjadi lebih harmonis.

Selain itu, sikap asertif juga membantu seseorang untuk menetapkan batasan yang jelas dalam hubungan. Misalnya, seseorang dapat mengatakan, “Saya senang membantu, tetapi saya juga memiliki tanggung jawab lain yang harus diselesaikan.” Dengan menetapkan batasan, hubungan menjadi lebih seimbang dan saling menghormati.

3. Mengurangi Stres dan Frustrasi

Salah satu sumber utama stres dan frustrasi dalam kehidupan adalah ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan atau kebutuhan secara jelas. Orang yang pasif cenderung menyimpan perasaan mereka, sementara orang yang agresif melampiaskan emosi mereka dengan cara yang merugikan. Sikap asertif menawarkan jalan tengah yang sehat.

Dengan bersikap asertif, seseorang dapat menyampaikan ketidaksetujuan atau penolakan dengan cara yang baik tanpa merasa bersalah atau menimbulkan konflik. Misalnya, ketika diminta untuk mengerjakan tugas tambahan di luar jam kerja, seseorang yang asertif dapat mengatakan, “Saya memahami pentingnya tugas ini, tetapi saya memiliki prioritas lain yang harus diselesaikan hari ini. Bisakah kita membahasnya besok?” Dengan cara ini, ia dapat menghindari beban kerja yang berlebihan tanpa menimbulkan ketegangan dengan atasan atau rekan kerja.

Kemampuan untuk mengelola emosi dan menghadapi situasi yang menantang dengan tenang juga membantu mengurangi stres. Orang yang asertif tidak mudah terbawa emosi negatif, seperti marah atau frustrasi, karena mereka memiliki keterampilan untuk menyelesaikan masalah secara konstruktif.

4. Meningkatkan Produktivitas

Dalam lingkungan kerja, sikap asertif dapat menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. Orang yang asertif mampu menyampaikan ide-ide mereka dengan jelas, menolak tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan atau tanggung jawab mereka, dan mempertahankan batasan diri.

Misalnya, seorang karyawan yang asertif tidak akan ragu untuk meminta klarifikasi tentang tugas yang diberikan kepadanya. Ia juga tidak akan merasa takut untuk menolak permintaan yang tidak sesuai dengan job description-nya, asalkan penolakan tersebut disampaikan dengan sopan dan profesional. Dengan cara ini, ia dapat fokus pada tugas-tugas yang benar-benar menjadi tanggung jawabnya, sehingga produktivitasnya meningkat.

Selain itu, sikap asertif juga membantu dalam kolaborasi tim. Orang yang asertif mampu memberikan masukan atau kritik yang konstruktif tanpa menyinggung perasaan rekan kerjanya. Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang positif dan mendukung pertumbuhan bersama.

5. Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain

Sikap asertif mengajarkan seseorang untuk menghargai hak dan kebutuhan diri sendiri tanpa mengabaikan hak orang lain. Ini adalah keseimbangan yang penting dalam hubungan interpersonal. Orang yang asertif memahami bahwa mereka memiliki hak untuk mengekspresikan diri, menolak permintaan, dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Namun, mereka juga menyadari bahwa orang lain memiliki hak yang sama.

Misalnya, seseorang yang asertif tidak akan merasa bersalah ketika menolak permintaan teman untuk meminjam uang karena ia memahami bahwa ia juga memiliki kebutuhan finansial yang harus dipenuhi. Namun, ia akan menolak dengan cara yang sopan dan jelas, seperti mengatakan, “Saya mengerti situasimu, tetapi saat ini saya tidak memiliki cukup uang untuk dipinjamkan. Mungkin kita bisa mencari solusi lain bersama-sama.”

Dengan menghormati diri sendiri dan orang lain, sikap asertif menciptakan hubungan yang saling menghargai dan saling mendukung. Ini adalah fondasi untuk kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna.

Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Sikap Asertif

Orang yang memiliki sikap asertif biasanya menunjukkan beberapa ciri khas dalam perilaku dan komunikasinya. Berikut adalah ciri-ciri tersebut:

1. Mampu Menyampaikan Pendapat dengan Tegas

Salah satu ciri utama orang yang asertif adalah kemampuan mereka untuk menyampaikan pendapat dengan tegas dan jelas, bahkan dalam situasi yang menantang. Mereka tidak ragu-ragu atau merasa takut untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan, meskipun pendapat tersebut berbeda dengan pandangan orang lain.

Misalnya, dalam sebuah diskusi kelompok, seseorang yang asertif tidak akan diam saja ketika ia memiliki ide yang berbeda. Ia akan mengangkat tangan, berbicara dengan jelas, dan menyampaikan pendapatnya dengan argumen yang logis. Ia tidak takut dihakimi atau dikritik karena ia yakin bahwa setiap orang berhak untuk menyampaikan pemikirannya.

Kemampuan ini tidak hanya membuat mereka dihargai dalam lingkungan sosial atau profesional, tetapi juga membantu mereka untuk mencapai tujuan mereka. Dengan menyampaikan pendapat secara tegas, mereka dapat memengaruhi keputusan dan mengambil peran aktif dalam berbagai situasi.

2. Jujur dalam Mengekspresikan Perasaan

Orang yang asertif dikenal karena kejujuran mereka dalam mengekspresikan perasaan dan pikiran. Mereka tidak menyembunyikan emosi atau berpura-pura setuju hanya untuk menghindari konflik. Jika mereka merasa tidak nyaman, tidak setuju, atau memiliki pendapat yang berbeda, mereka akan mengungkapkannya dengan cara yang baik dan konstruktif.

Contohnya, jika seorang teman mengajak mereka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai atau prinsip mereka, mereka akan mengatakan, “Saya menghargai ajakanmu, tetapi saya tidak nyaman dengan hal itu.” Dengan cara ini, mereka tetap jujur pada diri sendiri tanpa menyakiti perasaan orang lain.

Kejujuran ini juga membantu mereka untuk membangun hubungan yang lebih autentik. Orang-orang di sekitar mereka tahu bahwa mereka dapat dipercaya dan tidak akan menyembunyikan sesuatu yang penting.

3. Mampu Menolak dengan Sopan

Menolak permintaan adalah salah satu tantangan terbesar bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang cenderung pasif atau ingin menyenangkan orang lain. Namun, orang yang asertif memahami bahwa mengatakan “tidak” adalah hal yang wajar dan perlu dilakukan ketika permintaan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan, keinginan, atau prioritas mereka.

Yang membedakan orang asertif adalah cara mereka menolak. Mereka tidak menolak dengan kasar atau menghindar, tetapi menyampaikan penolakan mereka dengan sopan dan jelas. Misalnya, ketika diminta untuk membantu proyek tambahan di luar jam kerja, mereka mungkin akan mengatakan, “Saya senang bisa membantu, tetapi saat ini saya memiliki prioritas lain yang harus diselesaikan. Bisakah kita membahas ini di waktu lain?”

Dengan cara ini, mereka tidak hanya melindungi batasan diri sendiri tetapi juga menjaga hubungan baik dengan orang lain.

4. Menghormati Hak Orang Lain

Meskipun tegas dalam menyampaikan pendapat, orang yang asertif selalu menghormati hak dan perasaan orang lain. Mereka tidak memaksakan keinginan atau merendahkan orang lain hanya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebaliknya, mereka berusaha untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan.

Misalnya, dalam sebuah diskusi yang panas, seseorang yang asertif tidak akan memotong pembicaraan orang lain atau menggunakan kata-kata yang menyakiti. Mereka akan mendengarkan dengan seksama, menghargai pendapat orang lain, dan kemudian menyampaikan pendapat mereka dengan cara yang sopan dan rasional.

Sikap ini membuat mereka dihormati dan disukai oleh orang-orang di sekitar mereka. Mereka dipandang sebagai pribadi yang tegas namun tetap empatik dan menghargai orang lain.

5. Menggunakan Bahasa Tubuh yang Baik

Komunikasi asertif tidak hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang bahasa tubuh. Orang yang asertif biasanya memiliki bahasa tubuh yang baik, yang mencerminkan kepercayaan diri dan keterbukaan mereka.

Beberapa contoh bahasa tubuh yang baik meliputi:

  • Postur tubuh yang tegak menunjukkan kepercayaan diri dan kesiapan untuk berkomunikasi.
  • Mereka tidak menghindari pandangan orang lain, tetapi juga tidak menatap terlalu intens. Kontak mata yang tepat menunjukkan bahwa mereka serius dan menghargai lawan bicara.
  • Mereka menggunakan ekspresi wajah yang sesuai dengan situasi, seperti tersenyum saat memberikan pujian atau menunjukkan ekspresi serius saat membahas hal yang penting.
  • Mereka menggunakan gerakan tangan untuk menekankan poin-poin penting, tetapi tidak berlebihan.

Bahasa tubuh yang baik ini memperkuat pesan verbal mereka dan membuat komunikasi menjadi lebih efektif.

6. Mampu Mengendalikan Emosi

Orang yang asertif memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik, terutama dalam situasi yang menegangkan. Mereka tidak mudah marah, frustrasi, atau terbawa emosi negatif. Sebaliknya, mereka tetap tenang dan rasional, bahkan ketika menghadapi konflik atau tekanan.

Misalnya, jika seseorang mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan mereka, mereka tidak akan langsung bereaksi dengan marah. Mereka akan mengambil napas dalam-dalam, mengendalikan emosi mereka, dan kemudian merespons dengan cara yang baik. Mereka mungkin akan mengatakan, “Saya merasa tersinggung dengan komentar tadi. Bisakah kita membicarakan ini dengan lebih baik?”

Kemampuan untuk mengendalikan emosi ini membantu mereka untuk menyelesaikan masalah dengan lebih efektif dan menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.

Cara Mempelajari dan Melatih Sikap Asertif

Sikap asertif bukanlah sesuatu yang dimiliki sejak lahir, melainkan keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk mengembangkan sikap asertif:

1. Kenali Gaya Komunikasi

Langkah pertama dalam mengembangkan sikap asertif adalah memahami gaya komunikasi kamu saat ini. Apakah cenderung pasif, agresif, atau sudah asertif? Setiap gaya komunikasi memiliki ciri khasnya sendiri:

  • Orang dengan gaya komunikasi pasif cenderung menghindari konflik, sering mengorbankan kebutuhan diri sendiri untuk menyenangkan orang lain, dan kesulitan menyampaikan pendapat atau perasaan.
  • Orang dengan gaya komunikasi agresif cenderung memaksakan keinginan mereka tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Mereka mungkin menggunakan kata-kata kasar, nada suara tinggi, atau bahasa tubuh yang intimidatif.
  • Orang dengan gaya komunikasi asertif mampu menyampaikan pendapat dan perasaan dengan tegas namun tetap menghormati hak dan perasaan orang lain.

Dengan mengenali gaya komunikasi, kamu dapat mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Misalnya, bila kamu cenderung pasif, mungkin perlu belajar untuk lebih tegas dalam menyampaikan pendapat. Tapi bila kamu cenderung agresif, mungkin perlu belajar untuk lebih menghargai perasaan orang lain.

2. Hargai Diri Sendiri

Sikap asertif dimulai dari dalam diri. Untuk bisa bersikap asertif, kamu perlu menghargai diri sendiri dan menyadari bahwa kamu memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, menolak permintaan, dan memenuhi kebutuhan diri sendiri. Ini merupakan fondasi penting untuk membangun kepercayaan diri dalam berkomunikasi.

Mulailah dengan mengakui bahwa kamu layak diperlakukan dengan hormat dan bermartabat. Misalnya, jika seseorang berbicara dengan nada yang tidak sopan kepada kamu, ingatlah bahwa kamu berhak untuk meminta mereka berbicara dengan lebih baik. Dengan menghargai diri sendiri, akan lebih mudah untuk membela hak-hak tanpa merasa bersalah atau takut.

3. Berlatih Mengatakan “Tidak”

Bagi banyak orang, mengatakan “tidak” adalah salah satu hal tersulit dalam berkomunikasi. Namun, ini adalah keterampilan penting dalam sikap asertif. Menolak permintaan yang tidak sesuai dengan kemampuan atau keinginan kamu bukanlah hal yang egois, melainkan cara untuk melindungi batasan diri dan menjaga keseimbangan hidup.

Mulailah dengan menolak permintaan kecil yang tidak terlalu berdampak besar. Misalnya, seorang teman mengajak kamu untuk pergi ke suatu acara padahal kamu sedang lelah, kamu dapat mengatakan, “Terima kasih atas ajakannya, tetapi saya butuh waktu untuk istirahat hari ini.” Sampaikan penolakan dengan sopan dan jelas, tanpa merasa perlu memberikan alasan yang berlebihan.

Dengan berlatih secara bertahap, kamu akan semakin percaya diri dalam mengatakan “tidak” tanpa merasa bersalah.

4. Gunakan Kalimat “Saya”

Salah satu teknik komunikasi asertif yang efektif adalah menggunakan kalimat yang dimulai dengan “saya”. Kalimat seperti ini membantu menyampaikan perasaan atau pendapat tanpa terdengar menuduh atau menyalahkan orang lain.

Misalnya, alih-alih mengatakan, “Kamu selalu membuat saya kesal,” kamu dapat mengatakan, “Saya merasa kesal ketika hal itu terjadi.” Dengan menggunakan kalimat “saya”, kamu mengambil tanggung jawab atas perasaan sendiri dan menghindari kesan menyerang lawan bicara.

Contoh lain adalah ketika meminta bantuan. Daripada mengatakan, “Kamu harus membantu saya,” kamu bisa mengatakan, “Saya akan sangat terbantu jika kamu bisa membantu saya.” Kalimat seperti ini terdengar lebih sopan dan tidak memaksa.

5. Perhatikan Bahasa Tubuh

Komunikasi asertif tidak hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang bahasa tubuh. Bahasa tubuh yang baik dapat memperkuat pesan verbal dan membuat kamu terlihat lebih percaya diri.

Beberapa tips untuk menggunakan bahasa tubuh yang baik:

  • Berdiri atau duduk dengan tegak menunjukkan kepercayaan diri dan kesiapan untuk berkomunikasi.
  • Menjaga kontak mata menunjukkan bahwa kamu serius dan menghargai lawan bicara.
  • Gunakan ekspresi wajah yang sesuai dengan situasi, seperti tersenyum saat memberikan pujian atau menunjukkan ekspresi serius saat membahas hal yang penting.
  • Hindari gerakan yang menunjukkan ketidakpercayaan diri misalnya, menyilangkan lengan atau menghindari kontak mata dapat membuat Anda terlihat tidak yakin.

Dengan memperhatikan bahasa tubuh, Anda dapat meningkatkan efektivitas komunikasi asertif kamu.

6. Kendalikan Emosi

Dalam situasi yang menegangkan, emosi seperti marah, frustrasi, atau cemas bisa muncul dengan cepat. Namun, orang yang asertif mampu mengendalikan emosi mereka dan tetap tenang dalam menghadapi konflik.

Bila merasa emosi kamu mulai memuncak, cobalah untuk mengambil napas dalam-dalam dan menenangkan diri sebelum merespons. Misalnya, seseorang mengatakan sesuatu yang menyinggung, alih-alih langsung marah, kamu dapat mengatakan, “Saya merasa tersinggung dengan komentar tadi. Bisakah kita membicarakan ini dengan lebih baik?”

Dengan mengendalikan emosi, Anda dapat menyelesaikan masalah dengan lebih efektif dan menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.

7. Berlatih dalam Situasi Nyata

Seperti keterampilan lainnya, sikap asertif membutuhkan latihan yang konsisten. Cobalah untuk menerapkan sikap asertif dalam situasi sehari-hari, baik di tempat kerja, di rumah, atau dalam interaksi sosial.

Misalnya:

  • Di tempat kerja, berlatihlah untuk menyampaikan pendapat dalam rapat atau menolak tugas tambahan yang tidak sesuai dengan tanggung jawab kamu.
  • Di rumah, berlatihlah untuk menyampaikan perasaan kamu kepada pasangan atau anggota keluarga dengan cara yang baik.
  • Dalam interaksi sosial, berlatihlah untuk menolak ajakan yang tidak sesuai dengan keinginan kamu tanpa merasa bersalah.

Semakin sering Anda berlatih, semakin mudah sikap asertif menjadi kebiasaan.

Contoh Penerapan Sikap Asertif dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sikap asertif bukan hanya teori, tetapi keterampilan yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Mulai dari lingkungan kerja, hubungan pribadi, hingga interaksi sosial, sikap asertif membantu seseorang untuk mengekspresikan diri dengan jelas, tegas, dan sopan tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain. Berikut adalah beberapa contoh penerapan sikap asertif dalam konteks yang berbeda.

  • Di Tempat Kerja
    Misalnya, kamu diminta untuk menyelesaikan tugas tambahan di luar jam kerja. Alih-alih langsung menerima atau menolak dengan kasar, kamu dapat mengatakan, “Saya memahami pentingnya tugas ini, tetapi saya memiliki prioritas lain yang harus diselesaikan hari ini. Bisakah kita membahasnya besok?”
  • Dalam Hubungan Pribadi
    Bila pasangan kamu melakukan sesuatu yang membuat tidak nyaman, kamu dapat mengatakan, “Saya merasa tidak nyaman ketika kamu melakukan hal itu. Bisakah kita membicarakan cara lain untuk mengekspresikan perasaanmu?”
  • Dalam Interaksi Sosial
    Saat teman meminjam uang tetapi kamu tidak mampu memberikannya, kamu dapat mengatakan, “Saya mengerti situasimu, tetapi saat ini saya tidak memiliki cukup uang untuk dipinjamkan. Mungkin kita bisa mencari solusi lain bersama-sama.”

Penutup

Sikap asertif bukan hanya tentang menyampaikan pendapat atau menolak permintaan. Ini adalah tentang menghargai diri sendiri dan orang lain, membangun hubungan yang sehat, dan mencapai keseimbangan dalam kehidupan. Menurut Muhammad (2003), sikap asertif dapat membantu seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya tanpa merugikan orang lain. Ini adalah keterampilan hidup yang penting untuk dimiliki oleh setiap individu.

Baca juga:

Referensi

  1. Burley, T. (2008). Asertivitas: Kunci Sukses Berkomunikasi. Jakarta: Penerbit Gramedia.
  2. Muhammad, A. (2003). Komunikasi Asertif dalam Kehidupan Sehari-Hari. Jurnal Psikologi Sosial, 15(2), 45-60.
  3. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2023). Asertif.
  4. Maloney, M. E., & Moore, P. (2019). From aggressive to assertive. International Journal of Women’s Dermatology, 6(1), 46–49. https://doi.org/10.1016/j.ijwd.2019.09.006
  5. Mayo Clinic. (2020). Being assertive: Reduce stress, communicate better
  6. Kids Health. (n.d.). Assertiveness
  7. Lamothe, C. (2019, December 12). 11 ways to be more assertive. Healthline.
  8. Psychology Today. (n.d.). Assertiveness
  9. Scott, E. (2020, October 15). Learn assertive communication in 5 simple steps. Verywell Mind. 
Scroll to Top