Siklus akuntansi perusahaan dagang merupakan fondasi utama dalam mengelola keuangan bisnis. Proses ini tidak hanya membantu dalam mencatat transaksi keuangan, tetapi juga memastikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan akurat dan dapat diandalkan. Bagi perusahaan dagang, memahami siklus akuntansi adalah kunci untuk menjaga stabilitas keuangan, meminimalkan risiko kesalahan, dan mencegah praktik fraud.Â
Apa Itu Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang?
Siklus akuntansi perusahaan dagang adalah serangkaian langkah sistematis yang dilakukan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan menyajikan informasi keuangan perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso dalam buku Accounting Principles, siklus akuntansi dimulai dari identifikasi transaksi hingga penyusunan laporan keuangan dan penutupan buku pada akhir periode akuntansi (Weygandt et al., 2018). Proses ini sangat penting karena memberikan gambaran yang jelas tentang kinerja keuangan perusahaan, yang berguna bagi manajemen, investor, dan pihak eksternal lainnya.
Perusahaan dagang, yang fokus pada pembelian dan penjualan barang, memiliki karakteristik transaksi yang berbeda dibandingkan perusahaan jasa atau manufaktur. Oleh karena itu, siklus akuntansi perusahaan dagang memiliki beberapa tahapan khusus yang perlu diperhatikan, seperti pencatatan persediaan barang dagang, penjualan, dan pembelian.
Mengapa Siklus Akuntansi Penting bagi Perusahaan Dagang?
Siklus akuntansi bukan hanya sekadar proses administratif, tetapi juga alat strategis untuk mengelola keuangan perusahaan. Berikut ini beberapa alasan mengapa siklus akuntansi sangat penting bagi perusahaan dagang:
- Siklus akuntansi memastikan bahwa semua transaksi dicatat dengan benar dan sistematis. Hal ini membantu menghasilkan laporan keuangan yang akurat, seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
- Perusahaan dagang wajib mematuhi standar akuntansi yang berlaku, seperti PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) di Indonesia. Siklus akuntansi membantu memastikan bahwa perusahaan memenuhi kewajiban pelaporan keuangan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
- Dengan adanya proses pencatatan dan pemeriksaan yang sistematis, siklus akuntansi dapat meminimalkan risiko kecurangan atau fraud dalam pengelolaan keuangan perusahaan.
- Laporan keuangan yang dihasilkan dari siklus akuntansi menjadi dasar bagi manajemen dalam mengambil keputusan strategis, seperti ekspansi bisnis, pengelolaan persediaan, atau pengurangan biaya operasional.
Tahapan Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang
Siklus akuntansi perusahaan dagang terdiri dari 11 tahapan utama. Setiap tahapan memiliki peran penting dalam memastikan bahwa informasi keuangan dicatat dan disajikan dengan benar. Berikut ini penjelasan tentang setiap tahapannya:
1. Mencatat Transaksi di Jurnal Umum
Tahap pertama dalam siklus akuntansi adalah mencatat semua transaksi keuangan dalam jurnal umum. Jurnal umum berfungsi sebagai catatan awal yang digunakan untuk mendokumentasikan setiap perubahan dalam persamaan akuntansi akibat transaksi bisnis. Sebagai contoh, ketika perusahaan membeli persediaan barang dagang secara tunai, akun kas akan berkurang (dikredit), sementara akun persediaan akan bertambah (didebit).
Menurut Warren, Reeve, dan Duchac dalam buku Financial Accounting, jurnal umum adalah alat dasar untuk mencatat transaksi secara kronologis (Warren et al., 2016). Namun, bagi perusahaan dagang dengan volume transaksi yang tinggi, penggunaan jurnal khusus—seperti jurnal penerimaan kas, pengeluaran kas, pembelian, dan penjualan—dapat meningkatkan efisiensi pencatatan. Jurnal khusus ini memungkinkan perusahaan untuk mengelompokkan transaksi serupa, sehingga memudahkan proses pelacakan dan analisis.
2. Mencatat di Buku Besar Pembantu
Setelah transaksi dicatat dalam jurnal umum, langkah selanjutnya adalah memindahkan (posting) entri tersebut ke buku besar pembantu. Buku besar pembantu adalah kumpulan akun-akun yang digunakan untuk mengelompokkan transaksi berdasarkan jenisnya, seperti piutang usaha, utang usaha, atau persediaan barang dagang.
Proses posting ke buku besar pembantu memungkinkan perusahaan untuk melacak saldo setiap akun secara terpisah. Misalnya, akun piutang usaha akan mencatat semua transaksi yang berkaitan dengan penjualan secara kredit, sementara akun utang usaha akan mencatat pembelian secara kredit. Dengan demikian, buku besar pembantu memberikan gambaran yang lebih rinci tentang posisi keuangan perusahaan.
3. Membuat Neraca Saldo Belum Disesuaikan
Neraca saldo yang belum disesuaikan adalah daftar semua akun beserta saldonya sebelum dilakukan penyesuaian. Neraca ini disusun dengan mengambil saldo dari buku besar. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa total debit dan kredit seimbang sebelum dilakukan penyesuaian.
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield dalam buku Intermediate Accounting, neraca saldo yang belum disesuaikan adalah langkah penting untuk memverifikasi keakuratan pencatatan sebelum menyusun laporan keuangan (Kieso et al., 2019). Jika terdapat ketidakseimbangan antara debit dan kredit, hal ini mengindikasikan adanya kesalahan dalam pencatatan yang perlu segera diperbaiki.
4. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat untuk menyesuaikan akun-akun tertentu agar mencerminkan keadaan yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Jenis penyesuaian yang umum meliputi pembayaran di muka, akrual, dan penyusutan aset tetap.
Sebagai contoh, bila perusahaan telah membayar sewa gedung untuk satu tahun di muka, maka pada akhir periode akuntansi, sebagian dari pembayaran tersebut harus dialokasikan sebagai beban sewa untuk periode yang bersangkutan. Penyesuaian ini memastikan bahwa pendapatan dan beban dicatat dalam periode yang tepat, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
5. Neraca Saldo Telah Disesuaikan
Setelah jurnal penyesuaian dibuat, neraca saldo yang telah disesuaikan disusun. Neraca ini mencerminkan saldo akun setelah penyesuaian dan menjadi dasar untuk menyusun laporan keuangan. Neraca saldo yang telah disesuaikan memastikan bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar dan siap untuk diproses lebih lanjut.
6. Membuat Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk akhir dari siklus akuntansi, meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan keuangan memberikan gambaran tentang kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu.
Neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, sementara laporan laba rugi mengungkapkan profitabilitas perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba ditahan menunjukkan perubahan dalam ekuitas pemilik, dan laporan arus kas memberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar.
7. Membuat Lembar Kerja Akuntansi
Lembar kerja akuntansi sebagai alat bantu yang digunakan untuk memudahkan proses penyusunan laporan keuangan. Lembar kerja ini mencakup neraca saldo yang belum disesuaikan, jurnal penyesuaian, neraca saldo yang telah disesuaikan, dan laporan keuangan. Dengan menggunakan lembar kerja, akuntan dapat melacak setiap langkah dalam siklus akuntansi secara sistematis.
8. Membuat Jurnal Penutup
Jurnal penutup dibuat untuk menutup akun-akun sementara, seperti pendapatan dan beban, ke akun laba ditahan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa akun-akun sementara dimulai dengan saldo nol pada periode akuntansi berikutnya. Proses ini juga memastikan bahwa laba atau rugi perusahaan dipindahkan ke ekuitas pemilik.
9. Membuat Ringkasan Penghasilan
Akun ringkasan penghasilan digunakan untuk menampung saldo akun pendapatan dan beban selama proses penutupan. Setelah penutupan, saldo ini akan dipindahkan ke akun laba ditahan. Akun ringkasan penghasilan berfungsi sebagai perantara dalam proses penutupan akun sementara.
10. Neraca Saldo Setelah Tutup Buku
Neraca saldo setelah penutupan buku adalah daftar akun-akun permanen (neraca) yang masih memiliki saldo setelah jurnal penutup dibuat, ini digunakan untuk memverifikasi bahwa semua akun sementara telah ditutup dengan benar dan bahwa saldo debit dan kredit tetap seimbang.
11. Membuat Jurnal Pembalik
Jurnal pembalik merupakan langkah terakhir dalam siklus akuntansi, dibuat pada awal periode akuntansi berikutnya untuk membalik jurnal penyesuaian tertentu yang dibuat pada akhir periode sebelumnya. Jurnal pembalik bersifat opsional dan tergantung pada kebijakan perusahaan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa transaksi yang telah disesuaikan pada periode sebelumnya tidak memengaruhi pencatatan pada periode berikutnya.
Penutup
Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa siklus akuntansi bukan hanya sekadar proses teknis, tetapi juga alat strategis yang dapat membantu perusahaan mencapai tujuan keuangannya. Dengan memanfaatkan teknologi dan sistem akuntansi yang terintegrasi, perusahaan dapat menyederhanakan proses siklus akuntansi dan fokus pada pengembangan bisnis. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- 3 Perbedaan Biaya dan Beban dalam Akuntansi
- Sistem Akuntansi: Pengertian, Jenis, Manfaat, dan Contoh
- Pendapatan Bersih: Pengertian, Manfaat, dan Cara Menghitungnya
- Memahami Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa dan Tahapannya
- 8 Rekomendasi Aplikasi Transfer Uang ke Luar Negeri
Referensi
- Weygandt, J. J., Kimmel, P. D., & Kieso, D. E. (2018). Accounting Principles. Wiley.
- Warren, C. S., Reeve, J. M., & Duchac, J. E. (2016). Financial Accounting. Cengage Learning.
- Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2019). Intermediate Accounting. Wiley.