Manajemen brand atau Membangun merek yang kuat bukan sekadar tentang memiliki logo yang menarik atau slogan yang catchy. Ini tentang menciptakan identitas yang melekat di benak pelanggan, membangun kepercayaan, dan memastikan bahwa bisnis selalu menjadi pilihan utama di tengah persaingan yang ketat. Manajemen brand adalah kunci untuk mencapai semua itu.
Pengertian Manajemen Brand Menurut Para Ahli
Manajemen brand adalah proses strategis dalam mengelola dan mengembangkan merek agar memiliki citra positif dan konsisten di mata pelanggan. Menurut Kotler & Keller (2016), manajemen brand bertujuan untuk membangun ekuitas merek (brand equity) yang kuat, sehingga dapat menciptakan loyalitas pelanggan dan keunggulan kompetitif. Proses ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengembangan produk, pemasaran, periklanan, hingga hubungan masyarakat (public relations). Dengan strategi yang tepat, manajemen brand dapat meningkatkan reputasi, pangsa pasar, dan nilai perusahaan dalam jangka panjang (Aaker, 1996).
Manajemen brand bukanlah tugas satu kali, melainkan proses berkelanjutan yang membutuhkan perencanaan, eksekusi, dan evaluasi yang konsisten. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang audiens target, pesan merek, dan strategi komunikasi yang efektif.
Mengapa Manajemen Brand Penting?
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, memiliki merek yang kuat bukan hanya sekadar keuntungan tambahan, tetapi merupakan keunggulan strategis. Beberapa alasan mengapa manajemen brand sangat penting:
1. Membedakan Diri dari Pesaing
Dengan meningkatnya jumlah bisnis di setiap industri, memiliki keunikan menjadi faktor penting dalam menarik perhatian pelanggan. Manajemen brand yang baik memungkinkan perusahaan untuk menonjol dari pesaing dengan menawarkan proposisi nilai yang unik.
Merek yang memiliki identitas kuat dan diferensiasi yang jelas dapat membangun persepsi positif di benak pelanggan, yang menjadikannya pilihan utama dibandingkan pesaing (Kapferer, 2008). Sebagai contoh, Apple berhasil membedakan diri melalui desain premium, pengalaman pengguna yang superior, dan ekosistem produk yang terintegrasi dengan baik.
2. Membangun Loyalitas Pelanggan
Loyalitas pelanggan merupakan salah satu aset paling berharga bagi sebuah merek. Pelanggan yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan sebuah merek cenderung lebih setia dan lebih mungkin melakukan pembelian ulang (Aaker, 1996). Merek yang kuat tidak hanya menjual produk, tetapi juga menciptakan pengalaman yang mendalam bagi konsumennya. Starbucks, misalnya, tidak hanya menjual kopi, tetapi juga menawarkan pengalaman unik melalui suasana kedai, kualitas layanan, dan program loyalitas yang menarik.
Selain itu, pelanggan yang loyal juga cenderung merekomendasikan merek kepada orang lain, menciptakan efek pemasaran dari mulut ke mulut yang efektif (Berry, 2000). Rekomendasi dari pelanggan setia sering kali lebih berpengaruh dibandingkan iklan tradisional karena didasarkan pada pengalaman pribadi dan kepercayaan.
3. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Merek yang kuat memiliki ekuitas yang tinggi, yang dapat meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang dimiliki sebuah merek di mata pelanggan, yang mencakup kesadaran merek, asosiasi merek, dan loyalitas pelanggan. Ekuitas merek yang tinggi dapat menghasilkan harga premium, meningkatkan pangsa pasar, dan memperkuat daya saing bisnis (Kotler & Keller, 2016).
Studi oleh Interbrand (2021) menunjukkan bahwa perusahaan dengan ekuitas merek tinggi, seperti Google, Amazon, dan Microsoft, memiliki valuasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan pesaing mereka yang tidak memiliki strategi manajemen brand yang kuat. Oleh karena itu, investasi dalam pengelolaan merek bukan hanya berdampak pada citra, tetapi juga memberikan keuntungan finansial jangka panjang.
4. Memudahkan Perluasan Pasar
Merek yang sudah dipercaya oleh pelanggan memiliki keunggulan dalam memperkenalkan produk atau layanan baru. Menurut Aaker (1996), pelanggan yang memiliki pengalaman positif dengan sebuah merek cenderung lebih terbuka untuk mencoba produk baru yang ditawarkan oleh merek tersebut.
Sebagai contoh, Nike yang awalnya dikenal sebagai produsen sepatu olahraga, dengan mudah berhasil memperluas produknya ke kategori pakaian olahraga dan aksesori lainnya karena mereknya telah dikenal dan dipercaya oleh pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen brand yang kuat tidak hanya mempertahankan pangsa pasar saat ini tetapi juga membuka peluang untuk ekspansi ke segmen baru.
Prinsip Dasar Manajemen Brand
Berikut ini beberapa prinsip dalam manajemen brand:
1. Brand Equity (Ekuitas Merek)
Ekuitas merek mengacu pada nilai tambah yang diberikan oleh merek kepada produk atau layanan di mata pelanggan. Aaker (1996) mendefinisikan ekuitas merek sebagai kombinasi dari kesadaran merek, loyalitas pelanggan, asosiasi merek, serta persepsi kualitas yang dimiliki pelanggan terhadap merek tersebut.
Ekuitas merek yang tinggi dapat memberikan beberapa keuntungan bagi perusahaan, seperti:
- Pelanggan cenderung bersedia membayar lebih untuk merek yang memiliki reputasi baik (Keller, 2003).
- Pelanggan yang memiliki pengalaman positif dengan merek cenderung tetap menggunakan produk yang sama dibandingkan beralih ke pesaing.
- Merek dengan ekuitas tinggi lebih sulit ditiru oleh kompetitor dan memiliki posisi yang lebih kuat di pasar.
Contohnya, merek seperti Apple dan Nike memiliki ekuitas merek yang tinggi karena pelanggan mengasosiasikan mereka dengan inovasi, kualitas tinggi, dan pengalaman pengguna yang superior (Interbrand, 2021).
2. Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
Loyalitas merek merupakan tingkat keterikatan pelanggan terhadap suatu merek, yang membuat mereka terus memilih produk atau layanan dari merek tersebut meskipun ada banyak pilihan lain di pasar. Aaker (1996) menyatakan bahwa loyalitas merek merupakan salah satu faktor utama dalam menciptakan profitabilitas jangka panjang karena pelanggan yang loyal cenderung melakukan pembelian ulang dan merekomendasikan merek kepada orang lain.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan loyalitas merek meliputi:
- Kualitas produk yang konsisten
- Pengalaman pelanggan yang positif
- Program loyalitas atau reward
- Komunikasi yang efektif dengan pelanggan
Sebagai contoh, Starbucks berhasil membangun loyalitas pelanggan dengan menciptakan pengalaman kedai kopi yang unik dan program reward yang mendorong pelanggan untuk terus kembali (Berry, 2000).
3. Brand Awareness (Kesadaran Merek)
Kesadaran merek adalah sejauh mana pelanggan mengenali dan mengingat merek Anda dalam kategori produk tertentu. Menurut Keller (2003), kesadaran merek terdiri dari dua tingkat utama:
- Brand Recognition (Pengenalan Merek) yaitu kemampuan pelanggan untuk mengenali merek ketika melihat logo, warna, atau elemen visual lainnya.
- Brand Recall (Pengingatan Merek) merupakan kemampuan pelanggan untuk mengingat merek tanpa bantuan stimulus eksternal.
Kesadaran merek yang tinggi membantu meningkatkan peluang pelanggan untuk memilih produk Anda dibandingkan pesaing. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran merek meliputi:
- Iklan dan pemasaran digital
- Keikutsertaan dalam acara industri atau sponsor
- Kolaborasi dengan influencer atau brand ambassador
Sebagai contoh, Coca-Cola adalah salah satu merek dengan tingkat kesadaran tertinggi di dunia karena strategi pemasaran global yang konsisten dan ikonik (Interbrand, 2021).
4. Brand Consistency (Konsistensi Merek)
Konsistensi dalam manajemen brand sangat penting untuk membangun kepercayaan pelanggan dan memperkuat identitas merek. Kapferer (2008) menyatakan bahwa merek yang memiliki pesan, desain visual, dan pengalaman pelanggan yang konsisten lebih mudah diingat dan lebih dipercaya oleh konsumennya.
Elemen-elemen yang harus dijaga konsistensinya dalam branding meliputi:
- Semua komunikasi harus mencerminkan nilai dan identitas merek.
- Logo, warna, tipografi, dan elemen visual lainnya harus seragam di semua platform dan materi pemasaran.
- Interaksi pelanggan dengan merek, baik secara online maupun offline, harus memberikan kesan yang selaras dan sesuai dengan harapan pelanggan.
Sebagai contoh, McDonald’s mempertahankan konsistensi global dalam branding-nya, dengan logo khas “Golden Arches,” warna merah dan kuning, serta pengalaman pelanggan yang seragam di seluruh dunia (Kotler & Keller, 2016).
Cara Membangun Manajemen Brand yang Efektif
Membangun manajemen brand yang efektif membutuhkan pendekatan yang terstruktur dan strategis. Berikut ini langkah-langkah yang bisa kamu ikuti:
1. Tentukan Identitas Merek
Identitas merek adalah inti dari siapa kamu sebagai bisnis. Ini mencerminkan nilai, misi, visi, serta kepribadian merek yang akan membedakan kamu dari kompetitor. Identitas merek yang kuat menciptakan hubungan emosional yang lebih dalam dengan pelanggan.
Beberapa elemen utama dalam identitas merek meliputi:
- Apa prinsip utama yang membimbing bisnis kamu? Contoh: Nike dengan nilai “Just Do It” yang mencerminkan keberanian dan tekad.
- Apa tujuan jangka panjang dan dampak yang ingin kamu capai? Contoh: Tesla memiliki visi untuk mempercepat transisi dunia ke energi berkelanjutan.
- Apakah merek kamu lebih serius, menyenangkan, profesional, atau inovatif? Contoh: Apple dikenal dengan kepribadian inovatif dan minimalisnya.
Pastikan identitas merek relevan dengan audiens target dan konsisten dalam semua aspek komunikasi.
2. Kenali Audiens Target
Kamu tidak bisa membangun merek yang kuat tanpa memahami siapa pelanggan Anda. Segmentasi pasar yang tepat dapat meningkatkan efektivitas strategi branding dan pemasaran.
Lakukan riset pasar untuk memahami:
- Siapa target audiens kamu? (usia, gender, lokasi, pendapatan, dan gaya hidup)
- Apa kebutuhan, keinginan, dan pain point mereka? (masalah yang bisa Anda selesaikan)
- Bagaimana preferensi dan perilaku mereka? (platform digital yang sering digunakan, kebiasaan belanja)
Starbucks menyesuaikan produk dan pemasaran mereka berdasarkan preferensi pelanggan di setiap pasar lokal.
Gunakan alat seperti survei, wawancara, dan analisis media sosial untuk mendapatkan insight yang lebih dalam tentang audiens Anda.
3. Buat Pesan Merek yang Jelas
Pesan merek adalah cara kamu berkomunikasi dengan audiens dan menyampaikan nilai unik yang ditawarkan, pesan merek yang efektif harus relevan, mudah diingat, dan mencerminkan identitas merek.
Pesan yang efektif harus:
- Jelas dan mudah dipahami, hindari jargon yang membingungkan pelanggan.
- Konsisten di semua saluran komunikasi dari website hingga media sosial, pesan harus seragam.
- Menyampaikan nilai unik kamu, apa yang membuat merek kamu berbeda dari kompetitor?
Slogan McDonald’s “I’m Lovin’ It” secara konsisten digunakan dalam kampanye global mereka, memperkuat asosiasi positif dengan pengalaman makan di restoran cepat saji.
Gunakan storytelling untuk membuat pesan merek lebih menarik dan emosional bagi pelanggan.
4. Bangun Visual Identity yang Kuat
Visual identity adalah aspek yang langsung terlihat oleh pelanggan dan memainkan peran penting dalam membangun kesan pertama. Desain yang menarik dan konsisten dapat meningkatkan daya ingat merek.
Elemen utama visual identity:
- Logo harus sederhana, mudah dikenali, dan mencerminkan identitas merek.
- Palet warna memiliki psikologi tersendiri yang dapat mempengaruhi persepsi pelanggan. Contoh: Biru sering dikaitkan dengan kepercayaan dan profesionalisme.
- Tipografi font yang digunakan dalam branding harus mudah dibaca dan sesuai dengan karakter merek.
- Desain kemasan & aset visual, semua elemen visual harus selaras di seluruh platform komunikasi (website, media sosial, kemasan produk, dll.).
Coca-Cola selalu menggunakan warna merah khas dan tipografi unik mereka, menciptakan identitas visual yang kuat dan mudah dikenali.
Gunakan panduan brand identity agar visual branding tetap konsisten di semua platform.
5. Kembangkan Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah alat utama untuk membangun kesadaran merek dan menarik pelanggan. Menurut Chaffey & Ellis-Chadwick (2019), pendekatan omnichannel dalam pemasaran sangat penting untuk menjangkau pelanggan secara efektif.
Strategi pemasaran yang efektif:
- Buat artikel, video, atau infografis yang memberikan nilai bagi audiens. Contoh: Blog HubSpot tentang pemasaran digital.
- Manfaatkan platform seperti Instagram, TikTok, dan LinkedIn untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan.
- Bekerja sama dengan influencer yang memiliki audiens sesuai dengan target pasar Anda. Contoh: Fenty Beauty sukses menggandeng influencer untuk membangun brand awareness.
- Kirimkan newsletter yang dipersonalisasi untuk mempertahankan hubungan dengan pelanggan.
GoPro menggunakan strategi content marketing berbasis user-generated content (UGC), di mana pelanggan berbagi video mereka sendiri menggunakan kamera GoPro, yang meningkatkan kredibilitas dan engagement merek.
Uji berbagai strategi pemasaran dan analisis data untuk melihat mana yang paling efektif bagi merek Anda.
6. Monitor dan Evaluasi Performa Merek
Manajemen brand bukanlah proses satu kali, tetapi perjalanan berkelanjutan. Evaluasi secara rutin sangat penting untuk memastikan strategi yang diterapkan berjalan sesuai tujuan.
Metrik yang perlu dipantau:
- Brand Awareness, seberapa dikenal merek Anda di pasar? Gunakan survei atau alat analitik seperti Google Trends.
- Tingkat Keterlibatan (Engagement Rate) dengan ukur interaksi pelanggan di media sosial dan website.
- Retensi dan Loyalitas Pelanggan, analisis jumlah pelanggan yang kembali dan Net Promoter Score (NPS).
Amazon secara rutin menganalisis data pelanggan untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan membangun loyalitas jangka panjang.
Gunakan feedback pelanggan untuk terus menyempurnakan strategi branding Anda.
Tantangan dalam Manajemen Brand
Meskipun manajemen brand menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai agar strategi branding tetap efektif dan relevan. Berikut tantangan utama beserta cara mengatasinya:
1. Konsistensi dalam Branding
Menjaga konsistensi merek di semua saluran komunikasi bisa menjadi tantangan, terutama bagi bisnis besar yang memiliki banyak departemen dan cabang. Konsistensi dalam branding mencakup aspek visual (logo, warna, tipografi), suara merek (tone of voice), serta pesan yang disampaikan kepada pelanggan.
Menurut Keller (2013), “Konsistensi dalam branding membantu menciptakan identitas yang kuat di benak konsumen dan meningkatkan loyalitas pelanggan” (Strategic Brand Management). Bila sebuah merek tidak konsisten, pelanggan bisa merasa bingung dan kehilangan kepercayaan terhadap bisnis tersebut.
Cara mengatasi:
- Buat brand guidelines yang mencakup elemen desain, tone of voice, dan strategi komunikasi.
- Lakukan pelatihan internal bagi tim pemasaran dan customer service agar semua komunikasi selaras dengan identitas merek.
- Gunakan alat manajemen brand seperti brand asset management (BAM) tools untuk memastikan semua materi pemasaran sesuai standar.
2. Perubahan Tren Pasar dan Preferensi Pelanggan
Tren pasar dan preferensi pelanggan terus berkembang, dipengaruhi oleh teknologi, budaya, dan perubahan sosial. Apa yang populer hari ini mungkin tidak relevan dalam beberapa tahun ke depan.
Kotler & Keller (2016), “Merek yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tren akan kehilangan daya saing dan relevansi di pasar” (Marketing Management). Oleh karena itu, bisnis harus selalu melakukan riset pasar dan mengikuti perkembangan industri.
Cara mengatasi:
- Lakukan analisis tren secara berkala dengan menggunakan data dari Google Trends, media sosial, dan laporan industri.
- Dengarkan pelanggan melalui survei, ulasan, dan interaksi di media sosial untuk memahami kebutuhan mereka yang terus berkembang.
- Jangan takut untuk melakukan rebranding atau penyesuaian strategi jika diperlukan, seperti yang dilakukan oleh merek-merek besar seperti McDonald’s dan Starbucks.
3. Krisis Reputasi
Krisis reputasi dapat muncul akibat kesalahan internal, keluhan pelanggan, atau kampanye negatif di media sosial. Dalam era digital, dampak dari krisis reputasi bisa menyebar dengan cepat dan sulit dikendalikan.
Coombs (2015), “Reputasi merek yang dibangun selama bertahun-tahun bisa runtuh dalam hitungan jam jika tidak ditangani dengan baik” (Ongoing Crisis Communication). Oleh karena itu, penting untuk memiliki strategi manajemen krisis yang solid.
Cara mengatasi:
- Buat protokol manajemen krisis yang mencakup langkah-langkah respons cepat dalam menghadapi isu negatif.
- Gunakan media sosial secara proaktif untuk merespons keluhan pelanggan dengan transparan dan profesional.
- Latih tim PR dan komunikasi untuk menangani situasi darurat dengan strategi yang tepat dan menghindari eskalasi masalah.
Tips untuk Meningkatkan Manajemen Brand
Manajemen brand yang efektif memerlukan strategi yang matang dan eksekusi yang konsisten. Berikut adalah beberapa tips praktis untuk memperkuat dan mempertahankan citra merek yang kuat di mata pelanggan.
1. Investasikan dalam Desain Profesional
Desain adalah elemen pertama yang menciptakan kesan bagi pelanggan. Merek dengan desain visual yang profesional akan lebih mudah dikenali dan membangun kepercayaan pelanggan.
Wheeler (2017), “Desain merek yang efektif bukan hanya soal estetika, tetapi juga komunikasi visual yang dapat menyampaikan nilai dan kepribadian merek secara instan” (Designing Brand Identity).
Cara mengoptimalkan desain brand:
- Gunakan jasa desainer profesional atau agensi branding untuk menciptakan logo, warna, dan elemen visual yang sesuai dengan identitas merek.
- Pastikan desain konsisten di semua platform digital dan cetak seperti website, media sosial, kemasan produk, dan materi pemasaran.
- Terapkan prinsip simplicity & memorability, di mana desain harus mudah dikenali dan tidak terlalu rumit.
2. Jadikan Pelanggan sebagai Prioritas
Merek yang sukses adalah merek yang memahami pelanggannya. Mendengarkan dan merespons kebutuhan pelanggan dapat meningkatkan loyalitas serta memperkuat citra positif merek.
Kotler & Keller (2016), “Pelanggan yang merasa dihargai akan lebih cenderung menjadi loyal dan merekomendasikan merek kepada orang lain” (Marketing Management).
Cara menerapkan strategi customer-first:
- Gunakan survei dan analisis data pelanggan untuk memahami ekspektasi dan kebutuhan mereka.
- Respon cepat terhadap masukan, keluhan, dan pertanyaan pelanggan melalui berbagai kanal komunikasi.
- Libatkan pelanggan dalam proses pengembangan produk dengan melakukan uji coba atau polling di media sosial.
3. Gunakan Teknologi untuk Meningkatkan Manajemen Brand
Di era digital, teknologi memainkan peran penting dalam membangun dan mempertahankan citra merek. Dengan teknologi, bisnis dapat lebih mudah memantau kinerja brand dan meningkatkan interaksi dengan pelanggan.
Chaffey & Ellis-Chadwick (2019), “Strategi digital yang efektif memungkinkan merek untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih personal” (Digital Marketing).
Teknologi yang bisa dimanfaatkan:
- Alat seperti Google Analytics, Sprout Social, dan Hootsuite untuk memantau sentimen pelanggan.
- Sistem seperti HubSpot atau Salesforce untuk mengelola interaksi dengan pelanggan.
- Gunakan chatbot dan AI untuk memberikan respons instan kepada pelanggan dan meningkatkan pengalaman mereka.
4. Berkolaborasi dengan Tim untuk Memastikan Konsistensi Merek
Membangun brand yang kuat bukan hanya tugas tim pemasaran, tetapi seluruh organisasi. Setiap karyawan harus memahami dan menerapkan nilai-nilai merek dalam pekerjaan mereka.
Aaker (2011), “Konsistensi merek yang kuat bergantung pada bagaimana seluruh tim dalam perusahaan menerapkan nilai dan pesan merek dalam setiap interaksi dengan pelanggan” (Building Strong Brands).
Cara menciptakan keselarasan dalam tim:
- Adakan pelatihan internal agar semua karyawan memahami identitas dan nilai merek.
- Pastikan pesan dan komunikasi merek konsisten dalam setiap interaksi pelanggan (baik online maupun offline).
- Dorong kolaborasi antara tim pemasaran, layanan pelanggan, dan pengembangan produk agar semua selaras dalam strategi brand.
5. Terus Belajar dan Beradaptasi dengan Perubahan Pasar
Dunia bisnis terus berkembang, dan merek yang stagnan akan kalah bersaing. Adaptasi terhadap tren baru dan inovasi dalam strategi brand sangat penting.
Ries & Trout (2001), “Merek yang tidak fleksibel terhadap perubahan pasar akan kehilangan relevansi dan mengalami penurunan daya saing” (Positioning: The Battle for Your Mind).
Cara menjaga agar brand tetap relevan:
- Selalu lakukan analisis kompetitor untuk memahami tren industri terbaru.
- Gunakan A/B testing dalam kampanye pemasaran untuk melihat strategi mana yang paling efektif.
- Jangan takut melakukan rebranding atau pembaruan strategi jika diperlukan, seperti yang dilakukan oleh merek besar seperti Apple dan Coca-Cola.
Penutup
Ingat, membangun merek bukanlah proses instan. Dibutuhkan waktu, usaha, dan komitmen. Namun, hasilnya sepadan dengan semua upaya yang dilakukan. Mulailah hari ini, dan lihat bagaimana manajemen brand bisa mengubah bisnis kamu menjadi lebih baik.
Baca juga:
- 6 Manfaat Supply Chain Management (SCM)
- 3 Perbedaan Biaya dan Beban dalam Akuntansi
- Apa yang dimaksud dengan Invoice Financing?
- Ini Peluang dan Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia
- 7 Dampak Negatif Globalisasi, Tantangan bagi Masyarakat Modern
Referensi
- Interbrand. (2020). Best Global Brands 2020 Report. Retrieved from https://www.interbrand.com/best-brands/
- Nielsen. (2019). Global Trust in Advertising Report.
- American Marketing Association (AMA). (n.d.). What is Brand Management?
- HBR (Harvard Business Review). (2021). The Importance of Brand Consistency.
- Forbes. (2020). 10 Branding Trends to Watch in 2021.
- Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2021). Marketing 5.0: Technology for Humanity. Hoboken, NJ: Wiley.
- Aaker, D. A. (2011). Building Strong Brands. Free Press.
- Chaffey, D., & Ellis-Chadwick, F. (2019). Digital Marketing: Strategy, Implementation and Practice. Pearson Education.
- Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management. Pearson Education.
- Ries, A., & Trout, J. (2001). Positioning: The Battle for Your Mind. McGraw-Hill.
- Wheeler, A. (2017). Designing Brand Identity. John Wiley & Sons.